Gorontalo, mimoza.tv – Sejak dulu wisuda menjadi momentum selebrasi bagi mahasiswa yang telah menamatkan pendidikan di perguruan tinggi. Namu beberapa tahun belakangan tradisi yang identik dengan mengenakan jubah dan toga ini kerap dijumpai dalam penamatan mulai dari tingkat bangku Taman Kanak-Kanak (TK) hingga ke jenjang Sekolah Menegah Atas atau SMA.
Namun, tak semua orang tua murid setuju dengan tradisi wisuda di jenjang TK sampai SMA. Menurut beberapa warga di Kota Gorontalo, tradisi ini hanya akan menimbulkan beban bagi orang tua murid, terutama mereka yang pas-pasan.
“Jaman dulu saat kami di bangku SD sampai SMA tidah ada tradisi wisuda seperti sekarang ini. Karena tradisi ini memang Cuma ada di perguruan tinggi. Tetapi sekarang mulai dari TK sampai kuliah ada wisuda. Tradisi ini akan menjadi beban bagi keluarga yang kurang mampu atau pas-pasan,” ucap Irmawati Abdulah, salah satu warga yang bedomisili di Dungingi, Kota Gorontalo.
Olehnya kepada pemangku kepentingan Irmawati meminta agar tradisi seperti ini ditiadakan saja.
“Hanya jadi beban dan tambah-tambah urusan,” imbuhnya.
Hal senada juga disampaikan Fatma Razak. Salah satu warga yang tinggal di Wongkaditi, Kota Gorontalo ini juga tidak setuju dengan adanya wisuda di sekolah tingkat TK sampai SMA.
“Menurut saya ini pemborosan saja dan tidak ada manfaatnya. Meski tidak semua sekolah ada acara wisuda, tetapi tidak perlu ada acara penamatan seperti ini mulai dari TK sampai SMA,” ucap Fatma.
Setali tiga uang dengan keduanya, Indriyani, salah seorang karyawan swasta juga mempertanyakan adanya tradisi wisuda dengan mengenakan pakaian dan toga mulai di tingkat PAUD hingga SMA. Bahkan Indriyani berharap ada upaya pemerintah atau pihak terkait untuk meniadakan tradisi ini.
“Kekhawatirannya akan timbul masalah sosial seperti ada kecemburuan, jadi ajang saing-saingan bagi orang tua murid. Kalau sudah demikian, bagaimana dengan orang tua wali yang ekonominya pas-pasan atau tidak mampu,” ujar Indriyani.
Terahkir dirinya berharap ada interfensi dari pemerintah untuk menghapus tradisi wisuda dengan menggunakan jubah dan toga ini.
“Kalau saya berharap kembalikan wisudah dan toga ini sebagaimana fungsi awalnya. Toga itu tradisi perayaan temuan ilmu level tinggi. Karyanya dipresentasikan, diujikan. Toga sendiri diadopsi dari Islam. Bentuk toga yang atapnya datar adalah tempat meletakkan Al Quran sebagai simbol ilmu harus dijunjung tinggi dan bersumber dari Al Quran. Bentuk jubahnya adalah baju tradisional Arab. Intinya melalui proses panjang pencarian ilmu,” harap Indriyani.
Penulis : Lukman.