Gorontalo, mimoza.tv – Saat ini ada 32 warga binaan di Lapas kelas II A Gorontalo yang tengah mendalami ilmu agama lewat program Riyadhah. Melalui program ini, sosok-sosok warga binaan dengan latar belakang masalah hukum itu kini berubah menjadi layaknya seorang santri yang lagi menimba ilmu di pondok pesantren.
Lalu siapakah sosok dibalik para santri di hotel prodeo tersebut ? Berikut nukilannya.
Sosok tersebut adalah Kasdin Lato. KASI BINADIK di Lapas Kelas II A Gorontalo ini mampu merubah paradigma masyarakat maupun warga binaan, bahwa penjara tidak hanya menjadi tempat orang menjalani hukuman saja, tetapi bisa merubah penjahat menjadi seorang santri.
“Seksi BINADIK Lapas Kelas IIA Gorontalo terus berbenah dan berinovasi dalam program pembinaan bagi WBP. Salah satu program yang kini terus kita galakkan yakni program Bina Napi dengan agama melalui konsep atau metode Riyadhah atau latihan,” ucap Kasdin saat diwawancara.
Dirinya menjelaskan, dalam giat Riyadhah ini memiliki beberapa kelas atau kelompok belajar, yakni kelas character bulidding dan motivasi, Kelas Fiqh dan Muamalah, Kelas da’i atau penceramah.
Selain itu juga kata dia, pihaknya juga mempunyai Kelas Khotib yang peruntukkan bagi siapa yang mau untuk merubah dirinya, baik mindset maupun sikap, serta untuk menamdalami kemampuan menjadi hotib, penceramah, dan pendalaman terhadap ilmu fiqh dan muamalah.
“Giat ini tidak dipaksakan. Karena untuk merubah diri harus dimulai dari diri sendiri dulu, bukan karena paksaan dari orang lain atau penekanan dari petugas lapas. Ada tiga hal yang paling berat untuk dilakukan oleh seseorang. Yang pertama adalah sedekah saat miskin, kemudian yang ke dua adalah jauh dari maksiat saat sendiri, dan yang ke tiga adalah menyapaikan kebenaran kepada penguasa atau yang ditakuti. Jadi ke tiga hal tadi itu yang selaknya dapat dilakukan oleh seseorang jika ingin menjadi lebih baik dalam kehidupannya,” ucap Kasdin.
Namun saja kata dia, jika ke tiga hal tadi tidak dilandasi dengan dorongan dan iman, hal ini akan menjadi cukup berat.
Untuk itu dirinya mengajak WBP untuk pelan-pelan belajar membiasakan kebaikan-kebaikan kecil, amaliah-amaliah kecil agar kebaikan-kebaikan itu menjadi warna kehidupan. Jika hal ini sudah terbiasa, kata dia akan Allah SWT mudahkan dalam segala hal.
“Dari ke tiga hal tadi yang saya sampaikan, paling berat adalah menyapaikan kebenaran kepada penguasa atau yang ditakuti. Namun bukan berarti tidak mungkin, asal kita memahami apa esensi dari point ini, saat kita menyampaikan kebenaran maka kita akan menemukan dua reaksi yang berbeda. Pertama adalah orang yang cerdas akan merenung. Yang kedua adalah orang yang bodoh akan tersinggung karena sangat sulit meyakinkan lalat bahwa bunga jauh lebih indah dari pada sampah.” Tutup Kasdin.(luk)