Gorontalo, mimoza.tv – Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Gorontalo mengungkap, luas panen padi pada tahun 2022 yang diperkirakan sebesar 48,50 ribu hektare, mengalami penurunan sebanyak 216 hektare atau 0,044 persen dibandingkan dengan luas panen padi di tahun 2021 yang sebesar 48,71 ribu hektare.
Hal itu diungkapkan Kepala BPS Provinsi Gorontalo, Mukhamad Mukhanif, saat merilis beberapa indikator perkembangan ekonomi, yang digelar di Ruang Vicon Kantor BPS, Selasa (1/11/2022).
Mukhanif menjelaskan, berdasarkan hasil survey yang menggunakan Kerangka Sampel Area atau KSA, terjadi pergeseran puncak panen padi pada tahun 2022, dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Pada tahun 2021 lalu kata dia, puncak panen pad terjadi pada bulan Februari dengan luas panen sebesar 7,66 ribu hektare. Sementara tahun ini, puncak panen padi tejadi di bulan Januari, dengan luas panen sebesar 6,28 ribu hektare .
“realisasi panen padi sepanjang Januari – September 2022 sebesar 39,48 ribu hektar, atau mengalami penurunan sekitar 0,99 ribu hektar (2,43 persen) dibandingkan Januari – September 2021 yang mencapai 40,47 ribu hektare. Sementara potensi luas panen padi pada bulan Oktober – Desember diperkirakan sekitar 9,01 ribu hektare,” ucap Mukhanif.
Dengan demikian sambung dia, total luas panen padi pada tahun ini diperkirakan sebesar 48,50 ribu hektare, atau mengalami penurunan sekitar 0,22 ribu hektare (0,44 persen) dibandingkan dengan luas panen padi tahun 2021 sebesar 48,71 ribu hektare.
Namun dari sisi produksi kata Mukhanif, tahun 2022 ini mengalami peningkatan.
“Produksi padi tahun 2022 ini diperkirakan sebesar 249,71 ribu ton GKG, mengalami kenaikan sebesar 15,32 ribu ton GKG, atau 6,53 persen jika dibandingkan dengan produksi padi di tahun 2021 yakni sekitar 234,39 ribu ton GKG,” ujarnya.
Dirinya menambahkan, produksi beras pada tahun 2022 untuk konsumsi pangan penduduk diperkirakan sekitar 139,43 ribu ton, mengalami peningkatan sebanyak 8,55 ribu ton atau 6,53 persen dibandingkan produksi beras di tahun 2021 yang sebesar 130,88 ribu ton.
Pada kesempatan itu juga dirinya menjelaskan, sejak 2018 BPS menggunakan metode KSA untuk menghitung luas panen padi, yang dihitung berdasarkan pengamatan yang objektif, dengan menggunakan metodologi KSA yang dikembangkan oleh BPPT dan BPS. Metodologi itu juga kata dia telah mendapat pengakuan dari LIPI.
Pewarta : Lukman.