Gorontalo, mimoza.tv – Mengawali bulan Maret 2023 ini, ada dua kabar gembira datang dari Badan Pusat statistik (BPS) Provinsi Gorontalo. Kabar pertama, setelah 6 bulan berturut-turut mengalami penurunan, Nilai Tukar Petani (NTP) di Gorontalo mengalami kenaikansebesar 0,46 persen. Kabar ke dua, Produksi padi pada 2022 yaitu sebesar 240,13 ribu ton GKG, mengalami kenaikan sebanyak 5,74 ribu ton atau 2,45 persen dibandingkan produksi padi di 2021 yang sebesar 234,39 ribu ton GKG.
Kepala BPS Provinsi Gorontalo, Mukhamad Mukhanif dalam siaran persnya di Ruang Vicon BPS menyampaikan, produksi beras pada 2022 untuk konsumsi pangan penduduk mencapai 134,08 ribu ton, mengalami kenaikan sebanyak 3,21 ribu ton atau 2,45 persen dibandingkan produksi beras di 2021 yang sebesar 130,88 ribu ton.
Produksi padi tertinggi pada 2022 kata dia, terjadi pada bulan Januari, yakni sebesar 35 ribu ton GKG. Sementara produksi terendah terjadi pada bulan Desember yakni sekitar 10,64 ribu ton GKG.
“Peningkatan produksi padi pada 2022 terjadi dibeberapa wilayah seperti kabupaten Gorontalo dan Boalemo. Di sisi lain, beberapa kabupaten dan kota mengalami penurunan produksi padi, misalnya Kabupaten Bone Bolango, Gorontalo Utara dan Kota Gorontalo,” ucap Mukhanif.
Sementara untuk kabupaten dan kota dengan total produksi padi (GKG) tertinggi tahun 2022 lanjutnya, adalah Kabupaten Gorontalo. Untuk kabupaten dan kota dengan produksi padi terendah yaitu Kota Gorontalo.
Meski mengalami kenaikan pada produksi padi, disisi lain Mukhanif juga mengungkap bahwa luas panen padi pada tahun 2022 berdasarkan hasil survey Kerangka Sampel Area (KSA) mencapai sekitar 46,82 ribu hektare. Angka ini mengalami penurunan sebanyak 1,89 ribu hektare atau 3,88 persen dibandingkan luas panen padi pada tahun 2021 yang sebesar 48,71 ribu hektare.
“Puncak panen padi pada tahun 2022 mengalami pergeseran dibandingkan tahun sebelumnya. Puncak panen padi pada 2021 terjadi pada bulan Februari dengan luas panen sebesar 7,66 ribu hektare. Sedangkan puncak panen padi pada 2022 terjadi bulan Januari, dengan luas panen sebesar 6,28 ribu hektare,” imbuhnya.
Mukhanif menambahkan, sejak 2018 lalu, pihaknya telah bekerja sama dengan Badan Pengkajian Dan Penerapan Teknologi (BPPT), Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Kementerian ATR/BPN, serta Badan Informasi Geospasial (BIG).
Baik BRIN, Kementerian ATR/BPN serta BIG melakukan penyempurnaan perhitungan luas panen dengan menggunakan metode KSA, dimana KSA ini memanfaatkan teknologi citra satelit yang digunakan oleh LAPAN dan BIGuntuk mendelineasi peta lahan baku sawah yang divalidasi dan ditetapkan oleh ATR/BPN untuk mengestimasi luas panen padi.
Pewarta : Lukman.