Kab.Gorontalo, mimoza.tv – Setelah dilakukan pengujian oleh Balai Besar Veteriner (BBVET) Maros, 4 ekor sapi yang mati secera mendadak di Kecamatan Limboto, Kabupaten Gorontalo, terbukti disebabkan penyakit antraks.
Meski sebelumnya puluhan ekor sapi yang mati mendadak ini, sempat meresahkan warga setempat untuk menkonsumsi daging sapi, yang diduga terserang bakteri yang sangat berbahaya itu. Akibat adanya isu tersebut, sejumlah tim Balai Besar Veteriner Maros mendatangi lokasi kematian hewan ternak itu.
Pihak BBVET telah melakukan pemusnahan terhadap sejumlah sapi yang mati mendadak, serta mengambil beberapa sampel dari hewan tersebut, guna meneyelidiki peyebab pasti kematian sapi-sapi tersebut. Alhasil dalam pengujianya mereka menyatakan 4 hewan yang telah diambil sampelnya kemudian diuji, positif terkena penyakit antraks.
Hal ini disampaikan Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Gorontalo, Femmy Wati Umar. Menurutnya dari hasil pengujian tim Balai Besar Maros, menyatakan dari lima ekor sapi yang diuji, 4 diantaranya pasitif mati karena antraks. Sementara di lokasi Kecamatan Limboto juga terdapat beberapa titik yang sudah positif antraks.
“Tentunya untuk mengantisipasi penyebaran penyakit ini, kita terus melakukan pengawasan terhadap hewan, baik yang masuk maupun yang keluar dari wilayah tersebut,” jelas Femmy.
Femmy juga menambahkan, pihaknya telah melakukan vaksinasi terhadap hewan ternak yang ada di Kecamatan Limboto dalam kurun waktu 6 bulan sekali. Bahkan ratusan hewan yang yang ada di kecamatan limboto, kemarin telah dilakukan vaksin. Hal ini untuk mencegah agar hewan ternak lainya tidak terjangkit oleh penyakit yang berbahaya itu.
“Sekali lagi saya menekankan agar masyarakat segera melaporkan ke pihak terkait, jika sewatu-waktu menemukan sapi yang mati secara mendadak. Dan dilarang keras sapi tersebut untuk disembelih yang kemudian dijual kepada masyarakat.,” tutupnya.
Dari informasi, puluhan sapi yang mati secara mendadak ini sudah terjadi sejak tahun 2016 kemarin, dan terulang kembali pada tahun 2017, namun mereka terkendala dengan adanya pemberitahuan yang sering terlambat, sehingga untuk melakukan pengujian di lokasi, sering kali hewan yang dinyatakan mati mendadak ini sudah tak ada lagi. (fpr)