Gorontalo, mimoza.tv – Aktivis Provinsi Gorontalo, Umar Karim, menyorot soal bahwa terkadang orang Indonesia itu mengklaim yang paling beradab dan paling bermoral. Bahkan juga terkadang mengklaim bahwa demokratis Pancasila ini adalah demokrasi yang paling baik dibandingkan dengan demokrasi liberal, yang ekonominya kapitalis. Namun kata Umar, kita diperhadapkan dengan sebuah fakta, ternyata demokrasi yang diagung-agungkan selama ini ternyata sangat buruk. Hal itu disampaikannya saat menjadi narasumber di program talk show Forum Demokrasi Gorontalo, Rabu (8/5/2024).
Dalam pemberitaan di berbagai media maupun literature lainnya, Umar mengaku tidak pernah mendapatkan bacaan yang menarasikan bahwa, contohnya Pemilu di Amerika Serikat itu menggunakan money politic atau politik uang. Bahkan di negara-negara di Benua Eropa pun demikian.
“DI Rusia ketika Vladimir Putin periodenya habis, maka untuk menambah agar Ia (baca : Putin) bisa terpilih lagi maka harus referendum, rakyat diajak untuk menentukan sikap. Di kita, untuk mengubah syarat jadi presiden, maka hanya perlu beberapa hakim saja yang memutuskan. Itupun bermasalah, lalu kita bangganya dengan demokrasi ini,” Kata Umar.
Ia mempertanyakan juga, nilai lokal mana yang boleh di adopsi agar nilai demokrasi ini menjadi bagus. Dari bebera literatur yang Ia baca, ini adalah politik kelelahan.
“Kita lelah. Bukan hanya politisi saja, rakyat juga lelah. Kita jenuh. Jadinya adalah hubungan simbiotik antara politisi dan rakyat. Sama-sama diuntungkan. Rakyat dapat duit, dan politisi dapat jabatan. Selesai, dan begitulah demokrasi kita. Mohon maaf kalau agak sedikit pecundang kita dengan itu,” cetusnya.
Menurutnya, politik dan demokrasi di Indonesia itu tunduk pada hukum ekonomi Adam Smith, yakni supply and demand.
“Sesuai permintaan pasar, lalu kita memberi. Rakyat butuh uang, politisi membayar. Lalu dengan menggunakan kekuasaan para politisi mengambil uang rakyat. Itu hubungan simbiotiknya,” tandasnya.
Penulis : Lukman.