Gorontalo, mimoza.tv – Covid-19 Crisis Center Universitas Negeri Gorontalo (UNG), Sabtu (13/6/2020) kemarin merilis hasil evaluasi pelaksanaan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) Tahap III di Provinsi Gorontalo. Pada rapat virtual tersebut, Eduart Wolok selaku Ketua Covid-19 Crisis Center UNG menyampaikan laporan yang berisi gambaran epidemiologi, mobilitas penduduk, analisis ekonomi, linguistik, sosio-antropologis, dan hukum.
Melansir Covid-19.ung.ac.id, Eduart menyampaikan, per tanggal 12 Juni 2020 nilai Rt Gorontalo sebesar 1.62. Artinya jika nilai Rt > 1, setiap satu orang yang positif Covid-19 dapat menularkan pada lebih dari satu atau dua orang sehingga jumlah kasus Covid-19 dan masih akan terus bertambah dan eksponensial.
“Memang tanggal 7 Juni posisi kita berada di Rt 1.12. tapi pada tanggal 12 Juni ada kenaikan angka Rt. Artinya potensi penularan masih tinggi dan eksponensial karena 1 orang positif corona dapat menularkan pada lebih dari dua orang lainnya,” jelas Eduart.
Padahal kata Rektor UNG ini, jika misalnya dilakukan pelonggaran sesuai dengan standar World Health Organization (WHO) bahwa Rt < 1 harus bertahan selama 2 minggu.Begitu juga dengan jumlah penurunan trend kasus positif minimal 50 persen selama 3 minggu sejak puncak terakhir
Rasio kasus konfirmasi positif menurun selama 2 minggu 4 dan harus ada penurunan jumlah kematian (Covid-19) selama 2 minggu terakhir.
“Merujuk standar WHO tersebut, maka pandemi Covid-19 di Gorontalo belum bisa dikategorikan terkendali. Untuk itu, Covid-19 Crisis Center UNG juga merekomendasikan agar penegakan kepatuhan harus dioptimalkan,” ungkap Edwart.
Apalagi kata dia, saat masih pelaksanaan PSBB Tahap III banyak pelanggaran terhadap protokol yang telah ditetapkan pada Peraturan Gubernur.
Hal lain yang dia sampaikan juga, perlu adanya pelibatan komunitas dan masyarakat secara aktif dalam penanganan pandemik.
“Kuncinyta adalah partisipasi publik. Tidak boleh hanya pemerintah saja. Tanpa itu, maka dipastikan penanganan corona akan gagal,” pungkasnya.(luk)