Gorontalo, mimoza.tv – Awal tahun 2022, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sultan Amai Gorontalo lagi-lagi diterpa isu tak sedap, dimana seorang oknum dosen di perguruan tinggi islam tersebut diduga melakukan pelecehan seksual terhadap seorang mahasiswi.
Peristiwa ini seolah menambah daftar hitam kasus pelecehan seksual yang terjadi di provinsi yang dikenal dengan julukan “Serambi Madinah”.
Tak hanya di perguruan tinggi islam saja, kasus pelecehan juga pernah terjadi di salah satu pesantren yang ada di Kabupaten Boalemo, sekitar bulan Oktober 2019 silam. Pimpinan Ponpes tersebut diduga melakukan pelecehan seksual terhadap santrinya. Para pelakunya kerap disebut juga dengan ‘Predator Seks’.
Kita ketahui bersama ‘Predator Seks’ merupakan seseorang yang ingin melakukan kontak seksual. Namun, tindakan yang dilakukannya selalu dengan cara yang kasar dan layaknya predator. Tidak hanya itu, predator seks pun melihat hubungan seksual sebagai cara untuk mendominasi korbannya.
Selain orang dewasa, ‘Predator Seks’ juga mengincar anak-anak di bawah umur sebagai mangsanya. Untuk mewaspadai bahaya ini, masyarakat perlu mengebnal ciri-ciri ‘Predator Seks’ agar kita bersama keluarga tidak menjadi korbannya.
Bersikap manis di awal hubungan
Ketika predator seksual sudah menentukan korbannya, ia akan menunjukkan sikap perhatian yang sangat tinggi. Mereka akan menanyakan kabar setiap waktu dan selalu ingin bertemu. Ini merupakan langkah awal dari sang predator seks untuk mendapatkan perhatian dari korbannya, sampai akhirnya si korban akan menjadi ketergantungan dan tidak bisa lepas.Predator seks akan melindungi, mencintai, dan menghormati korbannya. Sampai pada akhirnya, ia akan menyalahgunakan kepercayaan korban untuk mendapatkan keuntungan dan kepuasan seksual.
Dekat dengan anak-anak
Seperti yang sudah dijelaskan di awal, sebagian predator seks juga mencari anak di bawah umur sebagai korbannya. Rata-rata, anak-anak ini masih menimba ilmu di sekolah dasar, sekolah menengah pertama (SMP), atau sekolah menengah atas (SMA).Sebagian predator seks ini akan memiliki hubungan pertemanan yang tak lazim dengan anak-anak yang jauh di bawah usianya. Selain suka menghabiskan waktu dengan anak-anak, predator seks juga cenderung melakukan kontak fisik dengan mereka. Pelaku predator suka menggelitik, mencium, atau memeluk.
Memanipulasi korbannya
Waspadalah, predator seks juga dapat menunjukkan sikap manipulative. Mereka mungkin mengejek sikap, penampilan, pakaian, dan bagian pribadi lain dari hidup korbannya. Saat diminta pertanggungjawaban atas perilaku ini, ia justru akan memutar balikan fakta dan membuat korban merasa bersalah.Mereka akan fokus terhadap perasaannya sendiri sampai akhirnya sang korban akan merasa bersalah atas pelecehan seksual yang dilakukannya. Kejahatan seksual seperti ini menganggap telah menyakiti si predator seks.
Gaslighting
Tidak hanya memanipulasi, seorang predator seks juga bisa melakukan tindakan gaslighting. Gaslighting adalah kekerasan emosional yang dapat membuat korban mempertanyakan pikiran, ingatan, dan segala kejadian yang mereka alami.Tujuan dari gaslighting yang dilakukan predator seks adalah membuat korbannya mempertanyakan ingatan atau bahkan kewarasannya sendiri.
Melewati batasan sentuhan fisik dan seksual
Kejahatan seksual yang sering dilakukan adalah melewati batasan dalam segi sentuhan fisik dan seksual. Sikap ini akan dimulai dengan menyentuh bagian punggung, tangan, atau kaki korbannya. Namun seiring berjalannya waktu, mereka akan mulai menyentuh bagian tubuh lain, seperti paha, dekat kelamin, payudara, tanpa persetujuan korbannya.Jika predator seks ini sudah berpacaran dengan korbannya, mereka akan menggunakan teknik manipulasi untuk memaksa sang korban melakukan sesuatu yang sebenarnya tidak diinginkan olehnya. Jika korbannya merupakan anak-anak, predator seks juga bisa berbohong dan menyalahartikan seks di depan mereka. Para pelaku bahkan dapat meminta anak-anak untuk membuka bajunya atau memperkenalkan aktivitas seksual layaknya sebuah permainan.
Ingin mendominasi dan mengontrol korbannya
Dalam banyaknya kasus, predator seks dapat menunjukkan rasa kecemburuan dan ingin mendominasi korbannya. Mereka cenderung memerhatikan aktivitas korban di media sosial dan kehidupan pribadinya. Jika dibiarkan, predator seks akan mencoba mendominasi dan mengontrol hidup korban. Bahkan, predator seks juga akan membatasi hubungan korban dengan orang lain, terutama lawan jenisnya.
Menormalisasi perbuatannya
Predator seks akan menormalisasi kejahatan seksual yang dilakukannya. Hal ini akan membuat korban merasa dirinya pantas mendapatkan perlakuan buruk itu. Selain itu, predator seks akan mulai melakukan kekerasan secara emosional dan seksual pada korban.
Terlihat cerdas dan karismatik
Mereka yang dicap sebagai predator seks cenderung terlihat pintar, bertalenta, dan karismatik. Bahkan, orang-orang yang kenal dengannya pun tidak menyangka bahwa para predator seks ini mampu mengeksploitasi orang lain secara seksual.
Pewarta: Lukman.
Dari berbagai sumber.