Gorontalo – Empat siswa Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Kota Gorontalo sukses menorehkan prestasi di tingkat internasional dengan membawa nama Indonesia di ajang 2nd International Youth Summit (IYS) 2024 yang digelar di Kuala Lumpur, Malaysia, pada 9-10 November 2024. Mereka memperkenalkan konsep Smart Carbon Farming sebagai solusi inovatif dalam pertanian yang ramah lingkungan dan berhasil meraih juara pada ajang tersebut.
Keempat siswa tersebut, yakni Nasywa Nurfajri Dalu, Farel Misilu, Annisa Fachryani Ibrahim, dan Hikmatul Ulya Fajriani Umar, menceritakan bahwa inspirasi untuk mengikuti kompetisi ini muncul secara tak terduga. Dalam wawancara, Nasywa dan Annisa mengatakan bahwa mereka mengetahui informasi tentang kompetisi ini dari unggahan di media sosial. “Awalnya hanya iseng, tapi kami mulai tertarik dan mencari tahu lebih dalam tentang syarat serta aturan lomba ini,” ujar mereka.
Dalam proses persiapan, tim memutuskan untuk membahas Smart Carbon Farming dalam subtema agrikultur, yang mereka anggap relevan karena sektor agrikultur menyumbang sekitar 20 persen emisi karbon global. “Masalah pertanian bukan hanya soal pupuk, tetapi juga berkaitan dengan pengelolaan lahan, irigasi, dan pemilihan jenis tanaman yang kurang tepat. Hal-hal ini berkontribusi pada tingginya emisi karbon dari sektor agrikultur, yang masuk dalam tiga besar penyumbang karbon di dunia,” jelas Annisa, diamini oleh rekannya.
Esai yang Dibawa ke Ajang Internasional
Esai mereka yang mengangkat konsep Smart Carbon Farming awalnya ditujukan untuk lomba di Universitas Gadjah Mada (UGM) yang berfokus pada target nol emisi karbon pada 2060. Namun, melihat tenggat waktu kompetisi di Malaysia lebih dekat, mereka memutuskan untuk mengirimkan esai tersebut ke IYS di Kuala Lumpur.
“Awalnya kami persiapkan untuk lomba di UGM, tetapi karena ada kesempatan di Malaysia dan waktu yang lebih mendesak, akhirnya kami ikutkan ke Malaysia. Sementara yang di UGM belum jadi kami kirim,” jelas keempat siswa dengan kompak.
Kritik terhadap Kebijakan Global
Terkait dengan komitmen 194 negara untuk mencapai target nol emisi karbon pada 2060, mereka menyampaikan pandangan kritis. “Ironisnya, meskipun sudah ada kesepakatan global, emisi gas rumah kaca malah terus meningkat. Ini menunjukkan bahwa implementasi di lapangan masih jauh dari harapan,” ujar mereka.
Melalui ide Smart Carbon Farming, siswa-siswi MAN 1 Kota Gorontalo berharap dapat menginspirasi generasi muda untuk lebih peduli terhadap isu lingkungan dan turut berkontribusi dalam pengurangan emisi karbon. Konsep ini, menurut mereka, menitikberatkan pada penggunaan teknologi dan metode pertanian yang lebih baik agar agrikultur tidak hanya menghasilkan, tetapi juga menjaga keberlanjutan bumi.
Penulis: Lukman