Gorontalo, mimoza.tv – Meskipun pendidikan perempuan di Provinsi Gorontalo menunjukkan tren positif pada 2024, hal itu belum sepenuhnya tercermin dalam bidang pemberdayaan politik. Ini tercermin dari rendahnya jumlah perempuan yang duduk di lembaga legislatif daerah.
Berdasarkan siaran pers BPS Provinsi Gorontalo yang berlangsung di Ruang Vicon, Senin (2/6/2025), Kepala BPS Mukhamad Mukhanif menyebutkan bahwa persentase perempuan usia 25 tahun ke atas yang berpendidikan minimal SMA meningkat dari 33,86 persen pada 2023 menjadi 36,10 persen pada 2024. Sebaliknya, angka untuk laki-laki justru menurun dari 31,66 persen menjadi 31,41 persen.
“Pendidikan perempuan mengalami kemajuan signifikan, bahkan mengungguli laki-laki. Namun ironisnya, ini tidak berdampak langsung terhadap representasi politik,” ujar Mukhanif.
Ia merujuk pada data terbaru yang mencatat bahwa hanya 24,44 persen anggota parlemen di Gorontalo adalah perempuan, angka yang menunjukkan belum setaranya keterwakilan gender dalam pengambilan keputusan.
Di sektor tenaga kerja, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) baik laki-laki maupun perempuan juga mengalami penurunan masing-masing sebesar 0,84 persen poin. Namun, kesenjangan antarjenis kelamin dalam hal ini tidak melebar, karena penurunan terjadi secara proporsional di kedua kelompok.
“Artinya, penurunan TPAK tidak mencerminkan ketimpangan baru, tapi kita tetap harus waspada dan mencari penyebabnya. Bisa jadi perempuan yang terdidik belum cukup terserap dalam dunia kerja formal,” ujar Mukhanif.
Menurutnya, untuk mewujudkan kesetaraan gender yang menyeluruh, peningkatan akses pendidikan harus dibarengi dengan afirmasi di ruang publik dan politik. “Tanpa itu, kesetaraan hanya akan berhenti di angka, bukan di kebijakan nyata,” tutupnya.
Penulis: Lukman.