Kamis, Mei 15, 2025
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Kontak
  • Pedoman Media Siber
  • Index
  • Disclaimer
Tech News, Magazine & Review WordPress Theme 2017
  • Kabar Daerah
    • Provinsi Gorontalo
    • Kota Gorontalo
    • Kabupaten Gorontalo
    • Bone Bolango
    • Boalemo
    • Pohuwato
    • Gorontalo Utara
  • Peristiwa
    • Nasional
    • Internasional
  • Cek Fakta
  • Ekonomi
  • Politik
    • Partai
  • Hukum & Kriminal
    • KABAR BHABINKAMTIBMAS
    • KABAR MILITER
  • Opini
  • Sekitar Kita
    • Gaya Hidup
      • Olahraga
      • Musik
      • KABAR NYIUR MELAMBAI
    • Pendidikan
      • Kabar Kampus
    • Kesehatan
      • Kuliner
    • Lingkungan
      • Pariwisata
No Result
View All Result
Mimoza TV
  • Kabar Daerah
    • Provinsi Gorontalo
    • Kota Gorontalo
    • Kabupaten Gorontalo
    • Bone Bolango
    • Boalemo
    • Pohuwato
    • Gorontalo Utara
  • Peristiwa
    • Nasional
    • Internasional
  • Cek Fakta
  • Ekonomi
  • Politik
    • Partai
  • Hukum & Kriminal
    • KABAR BHABINKAMTIBMAS
    • KABAR MILITER
  • Opini
  • Sekitar Kita
    • Gaya Hidup
      • Olahraga
      • Musik
      • KABAR NYIUR MELAMBAI
    • Pendidikan
      • Kabar Kampus
    • Kesehatan
      • Kuliner
    • Lingkungan
      • Pariwisata
No Result
View All Result
Mimoza TV

Politisasi Agama, Berpotensi Memecah Belah Umat ?

by Lukman Polimengo
Oktober 13, 2018
Reading Time: 3 mins read
181 11
A A
0
Foto ilustrasi antara agama dan politik (foto via nuorid)

Foto ilustrasi antara agama dan politik (foto via nuorid)

Share on FacebookShare on WhatsappShare On Twitter
Foto ilustrasi antara agama dan politik (foto via nuorid)

Gorontalo, mimoza.tv – Sepanjang peradaban manusia, hubungan antara agama, politik dan kekuasan memang sudah menjadi fakta sejarah yang tidak bisa dipisahkan. Relasi tersebut terbentuk dalam beragam corak. Bisa saja agama menjadi spirit politik untuk menduduki kekuasaan, atau penguasaan politik untuk memperkuat praktik dan syiar agama, bahkan bisa juga kedok agama menjadi alat politik serta untuk melanggengkan kekuasaan.

Barangkali sulitnya memisahkan antara agama dan politik itu laksana memisahkan manis dari gula. Hal ini lantaran hampir seluruh agama-agama mempunyai nuansa ajaran yang bersifat pribadi dan publik, lalu disertai juga dengan nilai-nilainya yang universal dan kontekstual. Sehingga politik, bisa dibilang, menjadi salah satu bagian kecil dari agama yang ruang lingkupnya sangat luas.

Namun, peneliti senior LIPI Prof. Syamsuddin Haris berpendapat lain. Masuknya Kiai Haji Ma’ruf Amin ke dalam ranah politik sebagai cawapres Joko Widodo berpotensi menimbulkan politisasi ulama dan politisasi agama.

Baca juga

Dugaan Keterlibatan Anak Kepala Daerah dalam Kasus Narkoba Diselidiki Polda Gorontalo

Pertanian Gorontalo Tumbuh Positif, Kredit Sektor Masih Tertekan

Seperti di kutip dari VOA, Syamsudin mengatakan, dalam sejarahnya, ulama memiliki tempat yang istimewa di kalangan umat, yaitu sebagai penjaga dan pengawal hati umat. Maka dari itu, bila seorang ulama masuk ke dalam ranah politik dikhawatirkan bisa mendegradasikan posisi ulama itu sendiri. Karena menurutnya, agama tidak bisa dicampuradukan dengan politik.

“Sebab, kalau ulama berpihak pada salah satu, berpotensi penyalahgunaan atau bahasa populernya politisasi keulamaan menjadi tinggi, atau dalam bahasa yang umum juga potensi politisasi agama itu jadi cenderung tinggi. Tapi, itulah fenomena kehidupan politik bangsa kita belakangan ini,” kata Syamsuddin dalam Seminar Nasional Perhimpunan Pendidikan Pancasila dan Demokrasi (P3D) , dengan tema: Posisi dan Peran Ulama di Pilpres 2019: Antara Kepentingan dan Kekuasaan, di D Hotel , Jakarta, Kamis, (11/10).

Meski demikian, Syamsuddin menjelaskan bukan berarti ulama tidak boleh masuk ke ranah politik. Menurutnya, siapa saja bisa masuk terjun ke dunia politik. Namun ketika seorang ulama masuk ke politik, maka dia harus berhenti menjadi seorang ulama. Seperti halnya Kiai Haji Ma’ruf Amin harus berhenti menjadi ulama dan Ketua MUI, agar tidak ada penyalahgunaan kekuasaan.

“Masalahnya bukan apakah ulama boleh atau tidak boleh menjadi cawapres. Tapi poin saya bahwa ketika ulama menjadi cawapres, dia musti berhenti sebagai ulama,” kata Syamsuddin. “Dalam konteks Pak Ma’ruf Amin, beliau musti mundur sebagai Ketua MUI , beliau juga musti mundur dari PBNU ,itu konsekuensi logis saja. Mustinya demikian, supaya tidak merusak konsep ulama itu sendiri,” katanya menambahkan.

Sementara itu, Wakil Dekan Fisip UIN Jakarta Dr. A Bakir Ihsan khawatir masuknya ulama dalam ranah politik, berpotensi memecah belah persatuan bangsa. Menurutnya, pemahaman masyarakat Indonesia khususnya dalam berpolitik mayoritas masih minim. Jadi masyarakat mudah dimanfaatkan demi kepentingan suatu kelompok tertentu. Tentunya ini bisa mengancam persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.

“Sehingga yang terjadi adalah politisasi agama. Dan ini kalau dibiarkan akan mengancam terhadap agenda kebhinekaan kita. Karena bukan persoalan antara Islam dan non muslim saja. Bahkan internal Islam pun kemudian politik dijadikan alat meraih kepentingan kelompoknya, ini potensi konfliknya sangat besar dan berbahaya,” kata Bakir.

Dalam kesempatan yang sama, Dosen Pasca Sarjana UI Dr. Mohammad Nasih mengatakan sebenarnya agama dan politik itu tidak bisa dipisahkan. Hal tersebut tertera di dalam Al-Quran, bahwa negara atau politik merupakan sarana untuk menyalurkan ajaran-ajaran agama.
Nasih menjelaskan, dalam sejarah Islam disebutkan beberapa Nabi, seperti Nabi Muhammad, Nabi Daud dan lain-lain merupakan politisi yang berfungsi menyebarkan ajaran Al-Quran kepada para umat seperti menegakan hukum dengan kebenaran kepada manusia.

”Kalau dalam konteks sekarang, tadi saya bilang negara itu berfungsi sebagai transformator. Politisi berfungsi sebagai transformator ide-ide atau perintah Tuhan yang ada dalam kitab suci, ke dalam praktik kehidupan politik bernegara,” kata Mohammad Nasir. “Berarti, politisi itu berfungsi untuk mentransformasikan ajaran-ajaran agama itu menjadi Undang-Undang,” ujarnya.

Maka dari itu, menurutnya, tidak ada salahnya ulama terjun ke dalam ranah politik, selama mengikuti ajaran yang tertera di dalam Al-Quran.(Luk/Ghita Intan)

Sumber:www.voaindonesia.com

Berita Terkait

Oplus_131072

Dugaan Keterlibatan Anak Kepala Daerah dalam Kasus Narkoba Diselidiki Polda Gorontalo

Mei 15, 2025
Suasana panen padi di Gorontalo. Foto: Lukman/mimoza.tv.

Pertanian Gorontalo Tumbuh Positif, Kredit Sektor Masih Tertekan

Mei 14, 2025
Ronald Van Mansur Nur dan Aroman Bobihoe

Sidang Perdana Kasus Kanal Tanggidaa: Pengacara Terdakwa Bantah Ada Kerugian Negara

Mei 14, 2025

Sidang Perdana Kasus Dugaan Korupsi Kanal Banjir Tanggidaa, JPU Beberkan Peran Tiga Terdakwa

Eks Napiter dan Target Pantau Belum Tersentuh Bantuan Sosial, FKPT Dorong Pemerintah Buat Peta Jalan Inklusif

Pengamat yang Tak Paham Substansi, Hanya Pelihara Kedunguan

  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Kontak
  • Pedoman Media Siber
  • Index
  • Disclaimer

© 2025 Mimoza TV - PT. Mimoza Multimedia Agus Salim St. 67 Gorontalo

Welcome Back!

Sign In with Facebook
Sign In with Google
OR

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
  • Login
  • Index Berita
  • Kabar Daerah
    • Provinsi Gorontalo
    • Kota Gorontalo
    • Kabupaten Gorontalo
    • Bone Bolango
    • Boalemo
    • Pohuwato
    • Gorontalo Utara
  • Peristiwa
    • Nasional
    • Internasional
  • Cek Fakta
  • Ekonomi
  • Politik
    • Partai
  • Hukum & Kriminal
  • Opini
  • Sosial Budaya
    • Gaya Hidup
    • Hiburan
    • Kabar Kampus
    • Kesehatan
    • Kuliner
    • Lingkungan
    • Musik
    • Olahraga
    • Pariwisata
    • Pendidikan
    • Sekitar Kita
    • Unik
No Result
View All Result

© 2025 Mimoza TV - PT. Mimoza Multimedia Agus Salim St. 67 Gorontalo

Go to mobile version