Rabu, Agustus 6, 2025
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Kontak
  • Pedoman Media Siber
  • Index
  • Disclaimer
Tech News, Magazine & Review WordPress Theme 2017
  • Kabar Daerah
    • Provinsi Gorontalo
    • Kota Gorontalo
    • Kabupaten Gorontalo
    • Bone Bolango
    • Boalemo
    • Pohuwato
    • Gorontalo Utara
  • Peristiwa
    • Nasional
    • Internasional
  • Cek Fakta
  • Ekonomi
  • Politik
    • Partai
  • Hukum & Kriminal
    • KABAR BHABINKAMTIBMAS
    • KABAR MILITER
  • Opini
  • Sekitar Kita
    • Gaya Hidup
      • Olahraga
      • Musik
      • KABAR NYIUR MELAMBAI
    • Pendidikan
      • Kabar Kampus
    • Kesehatan
      • Kuliner
    • Lingkungan
      • Pariwisata
No Result
View All Result
Mimoza TV
  • Kabar Daerah
    • Provinsi Gorontalo
    • Kota Gorontalo
    • Kabupaten Gorontalo
    • Bone Bolango
    • Boalemo
    • Pohuwato
    • Gorontalo Utara
  • Peristiwa
    • Nasional
    • Internasional
  • Cek Fakta
  • Ekonomi
  • Politik
    • Partai
  • Hukum & Kriminal
    • KABAR BHABINKAMTIBMAS
    • KABAR MILITER
  • Opini
  • Sekitar Kita
    • Gaya Hidup
      • Olahraga
      • Musik
      • KABAR NYIUR MELAMBAI
    • Pendidikan
      • Kabar Kampus
    • Kesehatan
      • Kuliner
    • Lingkungan
      • Pariwisata
No Result
View All Result
Mimoza TV

Refleksi Etis atas Dinamika antara Adhan Dambea dan Gusnar Ismail

by Redaksi
Agustus 6, 2025
Reading Time: 4 mins read
54 1
A A
0
Dr. Arfan Nusi, M.Hum (Aqidah dan Filsafat Islam Fakultas Ushuluddin dan Dakwah IAIN Sultan Amai Gorontalo)

Dr. Arfan Nusi, M.Hum (Aqidah dan Filsafat Islam Fakultas Ushuluddin dan Dakwah IAIN Sultan Amai Gorontalo)

Share on FacebookShare on WhatsappShare On Twitter

Oleh : Dr. Arfan Nusi, M.Hum (Aqidah dan Filsafat Islam Fakultas Ushuluddin dan Dakwah IAIN Sultan Amai Gorontalo)

Tulisan Funco Tanipu mengenai “Bagaimana Memahami Konflik Adhan Dambea dan Gusnar Ismail menarik, walaupun dipahami dari sudut pandang politik dan kebijakan, tetapi ada hal yang luput dari pembacaannya sebagai Sosiolog, yakni dimensi etis yang berbasis pada kearifan lokal Gorontalo. Pada kelemahan tulisan Funco, saya menambahkan hal tersebut agar publik bisa disuguhi penjelasan yang lebih jernih mengena konflik yang ada.

Dalam sejarah kehidupan politik, konflik bukanlah semata pertentangan kepentingan, melainkan juga panggung tempat nilai-nilai moral diuji. Kasus Adhan Dambea, Walikota Gorontalo yang kritis terhadap Gubernur Gorontalo Gusnar Ismail telah menjadi contoh bagaimana dinamika politik lokal bisa mengundang diskusi etis yang lebih luas. Adhan memilih untuk bersuara lantang, sedangkan Gusnar memilih diam sebagai bentuk respon. Keduanya menampilkan pendekatan etis yang berbeda.

Baca juga

BI Ungkap, Pertumbuhan Ekonomi Gorontalo Tertinggi di Kawasan Timur

Bagaimana Kita Memahami Konflik Adhan vs Gusnar?

Pertanyaan kemudian adalah siapa yang benar? Apa nilai moral yang bekerja di balik masing-masing pilihan itu? Di sinilah filsafat etika memainkan perannya, membantu kita memahami tindakan, motif, konteks dan dampaknya terhadap kehidupan bersama.

Dalam etika Aristoteles, tindakan manusia yang baik selalu terletak di antara dua ekstrem, dikenal sebagai mesotes atau jalan tengah. Keberanian, misalnya, adalah kebajikan yang berada di tengah antara rasa takut yang berlebihan (pengecut) dan tindakan sembrono (nekat). Dengan pendekatan ini, kritik yang dilontarkan Adhan bisa dimaknai sebagai upaya mencapai keberanian moral dan merupakan ekspresi dari tanggung jawab sosial terhadap publik. Hanya saja, jika kritik itu disampaikan tanpa memperhatikan cara, bahasa atau forum yang tepat, maka nilai kebajikannya bisa bergeser. Sebab kritik dalam ruang publik membutuhkan substansi yang kuat.

Sebaliknya, pilihan diam yang diambil oleh Gusnar Ismail bisa dipahami sebagai bentuk pengendalian diri. Ia mungkin bermaksud menghindari kegaduhan, menjaga stabilitas pemerintahan dan tidak memperkeruh suasana. Tetapi dalam kerangka Aristotelian, pengendalian diri tetap harus diarahkan pada kebaikan bersama. Bila diam menjadi bentuk pengabaian terhadap kritik yang sah, maka nilainya bisa dipertanyakan.

Immanuel Kant menekankan bahwa tindakan yang bermoral adalah tindakan yang dilakukan karena kewajiban, bukan semata-mata karena manfaat atau konsekuensi. Prinsip ini disebut categorical imperative. Kita hanya boleh bertindak menurut asas yang dapat dijadikan hukum universal.

Dalam konteks ini, kritik Adhan menjadi tindakan etis jika didasarkan pada prinsip moral yang berlaku universal. Misalnya, prinsip transparansi, akuntabilitas dan kontrol sosial terhadap kekuasaan. Tetapi, bila kritik itu dilakukan karena alasan-alasan strategis atau konteks politis tertentu, nilai etikanya menjadi lemah.

Sementara itu, pilihan diam dari Gusnar mungkin dilandasi oleh prinsip untuk menjaga stabilitas pemerintahan. Tetapi Kant juga menegaskan pentingnya memberi pertanggungjawaban moral, terlebih kepada masyarakat. Dalam hal ini, jika diam diartikan sebagai bentuk tanggung jawab sosial, maka ia tetap mengandung nilai moral yang layak dihargai. Tetapi bila ia mencerminkan ketidaksediaan untuk berdialog, maka tindakan tersebut perlu dievaluasi ulang dalam konteks etika publik.

Dalam filsafat Timur, seperti konfusianisme, tindakan etis sangat erat kaitannya dengan harmoni sosial dan tata krama. Seorang pemimpin dianggap mulia jika ia mampu menjaga hubungan sosial yang harmonis, berperilaku penuh kasih sayang dan mengutamakan keadilan moral.

Dari sudut pandang ini, kritik yang terlalu terbuka terhadap pimpinan dapat dianggap mengganggu harmoni, kecuali dilakukan dalam konteks yang tepat. Di sini, Konfusianisme juga mengajarkan bahwa menasihati pemimpin bila ada kekeliruan adalah bentuk loyalitas dan integritas. Oleh karena itu, tindakan Adhan dapat dimaknai sebagai bentuk tanggung jawab etis, sejauh kritik tersebut disampaikan dalam semangat memperbaiki, bukan menjatuhkan.

Gusnar, dengan sikap tenangnya menampilkan kualitas seorang yang berbudi luhur yang tidak reaktif serta berjiwa besar. Tetapi dalam filsafat Timur, pemimpin juga dituntut untuk memberikan kejelasan dan arah moral. Diam bisa menjadi simbol kebijaksanaan, tetapi harus disertai dengan komunikasi yang membangun kepercayaan publik.

Dinamika ini akan lebih jernih bila dilihat dari syair tua Gorontalo, yang mengandung makna yang sangat dalam.  Uu… Eyaanggu! Huta-huta lo ito Eeya, Taluhu-taluhu lo ito Eeya, Tulu-tulu lo ito Eeya, Dupoto-dupoto lo ito Eeya, Tau-tau lo ito Eeya. Bo dila poluliya to hilawo, Eeyanggu (“Wahai Tuanku!” “Tanah-tanah milik Tuan” “Air-air milik Tuan”, “Api-api milik Tuan”, “Angin-angin milik Tuan”, “Rakyat-rakyat milik Tuan”, “Tetapi jangan dijadikan sebagai pemuas hati, Tuanku”).

Syair ini kembali diungkapkan bukanlah untuk menghukumi Adhan ataupun Gusnar, melainkan untuk mengingatkan bahwa bumi Hulonthalo tidak pernah kosong dari suara suara moral. Perseteruan antara dua tokoh terbaik Gorontalo ini, betapapun tajam dan personal, tidak terjadi di ruang hampa. Konflik bergaung di tengah rakyat yang menyimpan ingatan syair Eeyanggu.

Lebih dari itu, syair ini memanggil siapa saja untuk tidak terjebak dalam semangat menghakimi. Eeyanggu bukan kitab hukum, ia adalah percakapan moral. Ia tidak menunjuk siapa yang salah, tapi mengajak siapa pun yang berkuasa atau pernah berkuasa untuk menundukkan kepala di hadapan makna yang lebih besar dari politik, yaitu kemaslahatan, kerendahan hati dan keikhlasan mengabdi.

Dalam budaya Gorontalo, syair adalah cara halus untuk bicara serius. Maka membacanya di tengah gejolak konflik hari ini adalah sebuah bentuk muhasabah, bagaimana kekuasaan bisa menjadi berkat bila ditopang oleh kejujuran dan kematangan batin.

Adhan dan Gusnar adalah orang Gorontalo yang lahir dari tanah yang sama, dibesarkan oleh adat yang sama, suka tidak suka, akan selalu diingat oleh rakyat yang tidak pernah lupa pada nilai-nilai modudula (saling berjumpa). Modudula adalah ruang rekonsiliasi, tempat dua pemimpin yang berbeda dapat saling mengakui, bukan saling menaklukkan. Tapi akankah modudula itu terjadi antara Adhan dan Gusnar? Kita lihat saja nanti.

Berita Terkait

BI Ungkap, Pertumbuhan Ekonomi Gorontalo Tertinggi di Kawasan Timur

Agustus 6, 2025

Bagaimana Kita Memahami Konflik Adhan vs Gusnar?

Agustus 6, 2025
Gambar ilustrasi pembayaran non tumai. Foto: Lukman/mimoza.tv.

Transaksi Nontunai di Gorontalo Capai Rp2,18 Triliun, BI Perluas Distribusi Uang Layak Edar

Agustus 6, 2025

Ekonomi Gorontalo Tumbuh 5,14 Persen, Industri Pengolahan, Ekspor dan Transportasi Jadi Penggerak Utama

Kejati Buka Peluang Tersangka Lebih Dari Satu di Kasus Perjadin Kota Gorontalo

Kejati Gorontalo Kembali Periksa Marten Taha Terkait Dugaan Penyelewengan Anggaran Perjalanan Dinas

  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Kontak
  • Pedoman Media Siber
  • Index
  • Disclaimer

© 2025 Mimoza TV - PT. Mimoza Multimedia Agus Salim St. 67 Gorontalo

Welcome Back!

Sign In with Facebook
Sign In with Google
OR

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
  • Login
  • Index Berita
  • Kabar Daerah
    • Provinsi Gorontalo
    • Kota Gorontalo
    • Kabupaten Gorontalo
    • Bone Bolango
    • Boalemo
    • Pohuwato
    • Gorontalo Utara
  • Peristiwa
    • Nasional
    • Internasional
  • Cek Fakta
  • Ekonomi
  • Politik
    • Partai
  • Hukum & Kriminal
  • Opini
  • Sosial Budaya
    • Gaya Hidup
    • Hiburan
    • Kabar Kampus
    • Kesehatan
    • Kuliner
    • Lingkungan
    • Musik
    • Olahraga
    • Pariwisata
    • Pendidikan
    • Sekitar Kita
    • Unik
No Result
View All Result

© 2025 Mimoza TV - PT. Mimoza Multimedia Agus Salim St. 67 Gorontalo

Go to mobile version