Gorontalo, mimoza.tv — Di tengah hiruk pikuk peringatan Hari Pahlawan yang sering kali hanya mengenang masa lalu, The Gorontalo Institute justru memilih menyoroti sisi lain dari kepahlawanan — mereka yang bekerja dalam senyap, tanpa tanda jasa, tapi nyata menjaga kehidupan.
Melalui Hidden Heroes Forum 2025, lembaga yang digagas oleh Dr. Funco Tanipu ini mengajak publik melihat ulang arti pahlawan dalam konteks kekinian: bukan lagi soal perang dan senjata, tapi tentang ketulusan, integritas, dan pengabdian dari akar desa.
Forum reflektif yang digelar secara daring melalui Zoom ini menghadirkan Drs. Nugroho Setijo Negoro, M.Si, Direktur Jenderal Pembangunan Desa dan Perdesaan Kementerian Desa dan PDTT RI, sebagai pembicara kunci dengan topik “Membangun Kepahlawanan dari Akar: Desa sebagai Pusat Ketahanan dan Inovasi Sosial Indonesia.
Sementara Dr. Funco Tanipu, ST, M.A membuka forum dengan refleksi berjudul “Dari Desa, Indonesia Belajar tentang Arti Pengabdian.
Ia menegaskan bahwa dalam sejarah panjang republik ini, Gorontalo hanya memiliki satu Pahlawan Nasional — Nani Wartabone. Namun, menurutnya, semangat kepahlawanan sejatinya terus hidup di banyak tempat, hanya saja tak semua mendapat tempat dalam narasi besar bangsa.
“Banyak tindakan heroik lahir di tempat yang jauh dari panggung penghargaan. Mereka adalah para penggerak yang menjaga kehidupan dengan nilai, ketulusan, dan integritas,” ujar Funco dalam keterangannya.Dari Desa, Lahir Kepahlawanan Baru.
Forum ini mempertemukan 14 narasumber lintas bidang — mulai dari kepala desa peraih Treasury Award dan Justice Award, penggerak UMKM, seniman, aparat, hingga pemuda desa.
Mereka adalah representasi konsep everyday heroism — kepahlawanan yang lahir dari tindakan sederhana namun berdampak besar: menolong tanpa pamrih, menggerakkan ekonomi lokal, hingga menjaga harmoni sosial di tengah modernitas yang sering kali kering nilai.
Konsep ini terinspirasi dari gagasan Zeno Franco dan Philip Zimbardo (2006) tentang everyday heroism, bahwa kepahlawanan bukan milik tokoh besar semata, tapi juga bagian dari tindakan sehari-hari orang biasa yang berbuat untuk kebaikan bersama.
“The Gorontalo Institute mencoba menerjemahkan gagasan itu ke konteks lokal — bagaimana heroisme hadir dalam gotong royong, kerja kolektif, dan inovasi sosial dari desa,” tambah Funco.
Warisan dari TimurForum juga menghadirkan Ir. Pulu Niode, cucu dari pejuang nasional Ajoeba Wartabone, yang menutup sesi dengan epilog bertajuk “Warisan Kepahlawanan dari Timur: Nilai, Keteladanan, dan Tanggung Jawab Generasi Kini.
”Epilog ini menjadi jembatan antara masa lalu dan masa kini — dari heroisme revolusi menuju kepahlawanan sosial yang tumbuh dari ruang-ruang kecil kehidupan sehari-hari.
Ruang Refleksi dan ApresiasiHidden Heroes Forum merupakan bagian dari rangkaian program reflektif The Gorontalo Institute yang berfokus pada pembangunan nilai, pengetahuan, dan kepemimpinan berbasis masyarakat.
Dengan menggali kisah dari desa-desa di Gorontalo, lembaga ini menegaskan bahwa semangat kepahlawanan tak pernah punah. Ia hanya berubah bentuk — dari pertempuran bersenjata menjadi perjuangan menjaga nilai, menegakkan martabat, dan membangun kehidupan yang lebih bermakna.
Forum ini menjadi ajakan bagi publik untuk mengenali kembali makna kepahlawanan dalam keseharian — bukan semata mengenang masa lalu, tetapi juga menghargai mereka yang diam-diam terus menyalakan api perjuangan di tengah masyarakat.
Untuk informasi lebih lanjut, masyarakat dapat menghubungi Bertin Hasan (0823-2477-5948) atau bergabung melalui tautan grup WhatsApp:👉 Hidden Heroes Forum 2025



