Gorontalo, mimoza.tv – Jelang Hari Ulang Tahun ke-80 Republik Indonesia, jagad maya diramaikan fenomena unik: pengibaran bendera bajak laut ala anime One Piece. Simbol tengkorak berbandana jerami khas karakter Luffy dan kawan-kawan itu, kini tak hanya eksis di layar kaca, tapi juga berkibar di berbagai sudut kampung, gang sempit, hingga jalanan kota.
Bukan bendera merah putih yang mendominasi lini masa, melainkan Jolly Roger—ikon kru Topi Jerami yang mendadak jadi “bendera rakyat” dalam dunia digital Indonesia.
Fenomena ini ternyata membawa berkah tersendiri bagi para pelaku usaha konveksi. Salah satunya Wik-Wik Apparel, unit usaha rumahan di Desa Jati, Kecamatan Jaten, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah.
“Kami mulai banjir pesanan sejak awal Juli. Dulu paling 20 bendera sehari, sekarang bisa tembus 100 lembar,” ujar Muhammad Ihsan, salah satu karyawan Wik-Wik Apparel, saat diwawancarai Sabtu (2/8/2025).
Menurut Ihsan, lonjakan pesanan datang dari berbagai daerah di Indonesia. Bendera dijual dengan sistem pre-order melalui marketplace, dengan pilihan ukuran mulai dari 15×10 cm hingga 90×60 cm, dan harga berkisar antara Rp8.000 sampai Rp60.000.
“Awalnya kami enggak jualan bendera One Piece. Tapi sejak viral, kita buka pesanan, dan sekarang permintaan terus naik,” tambahnya. Pihaknya juga membuka layanan custom desain—tidak hanya Jolly Roger, tapi karakter lain dalam serial tersebut.
Reaksi Pemerintah: Antara Kebebasan Ekspresi dan Ketahanan Simbolik
Meski disambut positif oleh kalangan warganet dan pelaku UMKM, tren pengibaran bendera bajak laut ini tak lepas dari sorotan pemerintah. Penjabat Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) RI, Dr. Dito Ariotedjo, dalam pernyataannya di Jakarta, menyebut fenomena ini sebagai bentuk “ekspresi budaya populer yang perlu disikapi secara bijak.”
Namun, ia juga mengingatkan pentingnya menjaga makna simbolik dalam momentum Hari Kemerdekaan.
“Pengibaran bendera kartun di hari kemerdekaan tentu bisa menjadi ekspresi kreativitas. Tapi kita juga harus ingat, ada simbol resmi yang menyatukan kita sebagai bangsa, yakni Merah Putih,” ujar Dito, Jumat (1/8/2025).
Dito tidak secara eksplisit melarang pengibaran bendera non-resmi, namun mengimbau agar masyarakat tetap menjunjung tinggi nilai-nilai nasionalisme, apalagi di momen sakral seperti 17 Agustus.
Antara Satire, Simbol Perlawanan, dan Tren Populer
Di sisi lain, pengamat budaya pop menyebut tren ini sebagai bentuk “sindiran simbolik” terhadap kondisi bangsa. Bendera bajak laut bisa dimaknai sebagai “pemberontakan imajinatif” atau sekadar pelarian dari realitas yang dianggap membosankan.
Sejumlah warganet bahkan menyindir, “Kalau Merah Putih lambang negara, Jolly Roger lambang harapan rakyat kecil yang nekat dan solidaritas tak kenal aturan.“
Meski kontroversial, tren ini menunjukkan satu hal: generasi muda Indonesia tak kehilangan semangat ekspresi, meski lewat cara yang nyeleneh. Dan dari balik lembar kain bergambar tengkorak itulah, suara-suara rakyat kadang lebih keras terdengar ketimbang pidato resmi kenegaraan.