Gorontalo, mimoza.tv – Jam baru menunjukan pukul 08.00 WITA, terlihat Arifin baru saja memarkirkan motor di salah satu Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di Kota Gorontalo. Pagi itu rupanya dia sedikit telat bangun, sehingga harus mengantri di belakan sekitar 20 motor yang sudah lebih dulu hadir.
Biasanya di SPBU itu, petugas baru melayani sekitar pukul 08.30 WITA atau lebih. Semuanya tergantung truk pengangkut BBM. Jika truk BBM datang lebih pagi, maka Arifin dan rekan-rekannya cepat dilayani.
Pria 41 tahun ini mengaku, setiap hari, sudah lebih dari dua tahun bolak balik di SPBU untuk mendapatkan BBM jenis premium
“Pekerjaan saya sehari-hari mengantri di SPBU ini. Setelah tangki motor terisi penuh dengan bensin, saya atau sang pemilik membawanya ke rumah kediaman pemilik pangkalan yang tak jauh dari sini. Selanjutnya bensin yang dari motor ini kemudian di sedot dan di tampung dalam wadah jerigen besar,” ungkap Aripin.
Arifin mengaku, dalam sehari dirinya bisa puluhan kali bolak-balik SPBU untuk mendapatkan bensin. Kata dia, ada dua motor yang ia operasikan sekaligus. Saat motor pertama selesai diisi, pemiliknya langsung membawa ke tempat penampungan, lalu motor yang satunya lagi mengantri.
“Ada dua morot yang kita gunakan untuk mendapatkan BBM keduanya silih berganti, hingga bensin dinyatakan habis oleh petugas SPBU” ujar pria lajang ini.
Dirinya mengaku, jika di total dalam sehari, dia bersama sang pemilih bisa sampai 30 kali mengantri di SPBU. Bahkan lebih jauh Arifin mengatakan, kedua tangki motor tersebut sudah di modifikasi. Sehingga mampu menampung bensin lebih banyak.
“Umumnya penampung disini tangkinya lebih gendut dari ukuran normal standar. Tangkinya di modifikasi, istilah disini di tiup dengan tekanan cukup kuat, sehingga badan tangki tersebut mengembang. Sekat di pinggiran lubang tengki juga di modifikasi bahkan dihilangkan, ini agar petugas lebih cepat mengisi bensin,” tutur Arifin
Maksud Arifin, jika tangki yang normal hanya bisa menampung bensin dengan harga uang 100 ribu, maka untuk tangki yang sudah dimodifikasi bisa menampung bensin dengan harga 125 sampai 130 ribu.
“Dalam satu tangki itu bisa menampung bensin kurang lebih 18 liter bensin. Lalu di pindahkan ke jerigen besar. Satu jerigen besar bisa menampung 35 liter. Sehingga untuk satu jerigen besar, bisa di isi sekitar dua tangki motor,” ungkap Arifin.
Kata dia, bensin bensin itu kemudia di pasarkan ke daerah pelosok di wilayah Provinsi Gorontalo.
“Jika sudah tertampung sekian banyak jerigen, bensinya dibawa ke daerah pelosok atay yang jauh dari perkotaan. Di sana bbm agak sulit, sehingga jika kita naikkan sedikit harganya, tetap juga terjual habis,” tandas Arifin.
Arifin mengatakan, dalam menjalankan pekerjaannya, dia di gaji Rp 80.000 per hari oleh sang pemilik. Upahnya itu kata dia, untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari.
Lain Arifin lain pula Farida. Ibu rumah tangga ini mengaku dalam satu hari hanya bisa mengantri 4 sampai 5 kali. Farida mengaku bensin yang ia dapatkan itu di jual di depot mini miliknya.
“Dalam sehari saya mendapatkan untung Rp 25 ribu sampai Rp 30 ribu. Kalau lagi ramai-ramainya bisa sampai Rp 50 ribu,” kata Farida.
Dirinya mengaku, hasil dari berjualan bensin tersebut, untuk mencukupi kebutuhan sehari hari serta membiayai sekolah kedua anaknya.
Forum Komunikasi Pimpinan daerah (Forkopimda) Provinsi Gorontalo, Selasa (15/1/2019), sepakat memberlakukan pembatasan pembelian BBM.
Untuk kendaraan roda dua, pembelian maksimal 5 liter per kendaraan. Sedangkan untuk kendaraan roda empat hanya bisa membeli maksimal Rp 150 ribu per kendaraan.(luk)