Gorontalo, Mimoza.tv – Kepala Inspektorat Provinsi Gorontalo, Iswanta membeberkan alasan tidak dilantiknya sejumlah calon Pejabat Pengawas Urusan Pemerintahan Daerah (P2UPD). Usai mengikuti Rapat Dengar Pendapat di gedung DPRD Provinsi Gorontalo, Senin (5/8/2019), kepada wartawan Iswanta mengatakan, selain rangking hasil uji kompetensi dari Kemendagri faktor lain yang menjadi pertimbangan adalah integritas dan kapabilitas.
Faktor senioritas tidak menjadi ukuran karena selain hal di atas, menurut Iswanta faktor kinerja sangat mempengaruhi.
“Yang bersangkutan merasa sudah senior tapi kenapa tidak dilantik? Itu karena dari faktor kinerja, saya menerima informasi yang bersangkutan tidak bisa diajak kerjasama tim atau team work”. Kata Iswanta.
Lebih lanjut dia mengatakan, dari track record yang bersangkutan tiga kali mengikuti uji kompetensi auditor namun tidak lulus dan terakhir diminta ikut lagi tapi menolak.
“Itu semua menjadi pertimbangan pejabat sebelumnya untuk tidak mengusulkan nama yang bersangkutan untuk tidak dilantik”. Ujar Kepala Inspektorat yang baru sebulan dilantik ini.
Pernyataan Iswanta ini rupanya mendapat tanggapan berbeda dari sejumlah ASN. Menurut mereka jika staff yang dimaksud adalah ASN yang sudah senior di Inspektorat apalagi sudah dua belas tahun mengabdi di instansi itu menjadi tidak relefan kalau dikatakan tidak bisa bekerja sama tim.
“Kalau sudah dua belas tahun bekerja di sini tidak mungkin tidak bisa bekerja sama. Itu alasan berlebihan”. Kata sumber yang namanya minta disembunyikan.
Ketua Studi Pancasila dan Konstitusi (SPASI) Fakultas Hukum Universitas Ichsan GorontaLo, Fanly Katili menyayangkan pernyataan Kepala Inspektorat Provinsi Gorontalo ini. Fanli menilai seorang atasan tidak pantas membeberkan kekurangan bawahannya ke publik. Atasan yang baik seharusnya memberikan pembinaan kalau ada bawahannya yang kinerjanya kurang baik.
“Pernyataan pak Iswanta ini justeru bisa memicu polemik baru lagi. Seharusnya mereka diajak baik-baik dan diberi penjelasan”. Kata Fanli.
Menurutnya lagi, jangan sampai kinerja bawahan yang buruk menjadi gambaran buruknya manajerial seorang pimpinan.
“Seorang pimpinan harus lebih bijak dalam menghadapi setiap persoalan, dan senantiasa menjaga kehormatan bawahannya”. Tandas Fanli
Sayangnya Kepala Inspektorat Provinsi Gorontalo, Iswanta tidak menjelaskan saat ditanya indikator penilaian apa yg digunakan sehingga bisa menilai seseorang dapat bekerjasama tim atau tidak.
Menurut teori ilmu psikologi, kerjasama tim hanya akan terbangun jika sesama anggota tim sudah terjalin hubungan emosional. Semakin kuat hubungan emosional maka semakin solid kerjasama tim.
Sementara hubungan emosional terjalin kuat berbanding lurus dengan lamanya interaksi berlangsung.(*)