Oleh: Funco Tanipu
Banjir Jakarta adalah rangkaian kejadian dan faktor. Banjir, dimanapun itu terjadi, selalu tidak berdiri sendiri. Ia adalah efek dan muara segala kesalahan dan kekeliruan.
Soal Banjir yang kini sedang menerjang Jakarta, tak lepas dari perilaku manusia dari hulu hingga hilir. Semua bertanggung jawab pada apa yang sedang terjadi.
Makanya, agak naif jika mengalamatkan kesalahan hanya pada satu orang, satu institusi dan sekelompok warga.
Namun, yang lebih parah adalah menjadikan banjir Jakarta adalah lelucon dan olok-olok. Banjir Jakarta adalah penderitaan bagi warga yang rumahnya tenggelam, barang-barang pribadi hanyut, ada yang kekurangan makanan berhari-hari, ada bayi yang kedinginan, ada jompo yang tak memiliki selimut, ada ribuan kenderaan yang terendam.
Menjadikan banjir Jakarta sebagai lelucon, hingga bertujuan untuk “menenggelamkan” citra personal bukanlah sikap yang empatik. Pada titik ini, dan jika itu terus “dirayakan”, maka entitas persaudaraan dan kekeluargaan sebangsa dan setanah air hilang dan hanyut bersama banjir.
Dalam kondisi ini, yang perlu disegerakan adalah membangkitkan solidaritas dan toleransi pada korban. Dendam politik dan perburuan kekuasaan mesti diredam dan diinterupsi, hal ini semata-mata agar kita lebih fokus pada penanganan banjir.
Perspektif kita yang selama ini “senang melihat orang susah” sudah mesti dikupas dari batok kepala, sudah mesti diluruskan menjadi “senang melihat orang senang dan bahagia”.
Banjir Jakarta adalah momentum untuk menggelorakan kembali semangat persatuan kita, semangat kita untuk saling tolong menolong.
Jika momentum bencana seperti ini hanya akan menghasilkan pribadi yang kehilangan empati, maka bisa jadi akan lebih banyak bencana yang lebih besar yang akan menerjang kita, dalam rangka menyadarkan kalbu kita, yang selama ini tidak pernah sadar dari kelalaian.
Banjir Jakarta adalah “kiriman” untuk menghancurkan ego, dengki, kebengisan dan kebencian kita pada sesama. Banjir Jakarta bukan hanya persoalan alam, tapi juga sebagai peringatan diri bagi kita sekalian.