Gorontalo, mimoza.tv – Perkumpulan Biodiversitas Gorontalo (BIOTA) bekerjasama dengan Wetland International Indonesia, Jaringan Advokasi Pengelolaan Sumber Daya Alam (Japesda), BKSDA, dan SMAN I Randangan merayakan Hari Lahan Basah Sedunia (World Wetlands Day) 2020 di Cagar Alam Tanjung Panjang, Minggu (9/2).
Perayaan diawali dengan kampanye penyadartahuan kepada para siswa, tentang ekosistem mangrove dan fungsinya bagi kehidupan manusia dan keragamanhayati.
Para siswa juga dibekali pengetahuan keragamanhayati di Tanjung Panjang, serta pengamatan dan identifikasi jenis burung langsung di kawasan tersebut.
Mangrove merupakan lahan basah yang penting bagi keragamanhayati. Anggota BIOTA Hanom Bashari yang juga spesialis keragamanhayati, mengungkapkan pihaknya turut melakukan pendataan jenis burung di kawasan tersebut.
“Dalam tiga kali pengamatan yang kami lakukan, tercatat 28 jenis burung yang sebagian adalah jenis yang bermigrasi. Ini berarti kawasan CATP adalah habitat burung yang harus terjaga,” katanya.
Bersama siswa, BIOTA juga melakukan penanaman mangrove di CATP, dimana kawasan itu sekitar 80 persen areanya beralih fungsi menjadi tambak.
Lahan basah meliputi daerah-daerah rawa payau, lahan gambut, dan perairan, baik alami atau buatan, termasuk di dalamnya adalah danau, sungai, waduk/bendungan, sawah dan tambak.
Lahan basah memiliki peranan yang sangat penting bagi kehidupan manusia seperti sumber air minum dan habitat beragam makhluk hidup. Juga memiliki berbagai fungsi ekologis seperti pengurangan risiko bencana, pengendali banjir, pencegah intrusi air laut, erosi, pencemaran, dan pengendali iklim global.
“Lahan basah juga merupakan kawasan yang kaya dengan karakteristik nilai dan fungsinya, namun juga merupakan sebuah kawasan yang sangat peka dan rentan terhadap perubahan,” kata Susan Lusiana, Koordinator Pelaksana World Wetlands Day – dari Yayasan Lahan Basah/Wetlands International Indonesia.
Peringatan Hari Lahan Basah Sedunia telah rutin dilaksanakan di seluruh dunia, mengacu pada perjanjian perlindungan lahan basah yang ditandatangani pada tanggal 2 Februari 1971. Indonesia telah ikut meratifikasi Konvensi Lahan Basah Internasional sejak tahun 1991.
Setiap tahun perayaan dilaksanakan dengan mengambil tema yang berbeda. Tema untuk tahun 2020 adalah “Lahan Basah dan Keanekaragaman Hayati” , yang dikaitkan dengan lahan basah untuk pengurangan risiko bencana dan perubahan iklim.(rls)