Oleh: Nanang Massaudi
Part 1 : Serial ‘Keajaiaban‘
Gorontalo, mimoza.tv -Dalam dua hari terakhir ini doa-doa anak bangsa tak henti-hentinya terpanjatkan demi keselamatan kapal selam KRI Nanggala-402 dan seluruh awaknya yang hilang kontak sejak Rabu (21/4/2021) dalam rangka misi latihan gabungan penembakan torpedo dan peluru kendali TNI Angkatan Laut di perairan Buleleng, Bali. Kapal selam yang dirancang mampu bertahan selama 72 jam dalam kondisi black out tersebut membawa 53 awak kapal. Masa emergency kapal selam itu seharusnya sudah usai terhitung sejak hari kemarin, dan kini beralih pada kondisi atau fase yang jika boleh saya katakan sebagai fase ‘keajaiban’.
Sulitnya menemukan kapal selam ini selain karena memang pada umumnya kapal selam dirancang untuk tersembunyi dari alat pelacakan, juga karena posisi kapal selam yang diperkirakan berada pada posisi kedalaman laut yang cukup jauh. Keadaan ini membuat kemampuan manusia seolah menjadi tidak berarti apa-apa selain mengandalkan takdir yang baik dari Allah. Segala kecanggihan hasil karya manusia menjadi begitu kecil dalam situasi-situasi sulit seperti saat ini. Inilah yang disebut titik nadir kemampuan manusia. Dalam keadaan seperti ini biasanya secara spontan barulah kita mampu menyadari kelemahan kita sebagai hamba di hadapan Tuhan. Pikiran kita tiba-tiba menjadi kosong (zero) untuk berharap dari segala apapun yang ada di bumi (pasrah), dan yang tersisa hanya ada satu, yaitu kehendak Allah subhanahu wa ta’ālā.
Ada sebuah filosofi rumus matematika di balik kondisi zero mind tersebut yang patut kita yakini menjadi bagian dari tanda kekuasaan Allah, bahwa angka satu jika dibagi dengan nol maka menjadi tak terhingga hasilnya. Nol sebagai representasi pikiran kita yang bersih dan kosong dari segala perkara duniawi. Hanya ada satu-satunya Allah dalam pikiran dan harapan kita. Maka proses yang kita jalani dalam kepasrahan tersebut menjadi sebuah harapan yang nilainya tak terhingga. Kesimpulannya, jika pikiran dikosongkan dalam bentuk kepasrahan, maka kekuatan Tuhan akan menciptakan proses yang tidak terduga sebagai solusi. Bahkan, bisa jadi hasilnya di luar nalar manusia yang biasa kita menyebutnya dengan ‘keajaiban’.
Selain mengandalkan kemampuan peralatan pencarian yang cukup canggih, tentu saja upaya untuk berserah diri kepada Tuhan Yang Maha Kuasa menjadi puncak dari segala ikhtiar manusia. Mari terus berdoa semoga ke 53 awak kapal selam KRI Nanggala-402 dapat kembali kepada keluarga tercinta dalam keadaan selamat, aamiin yaa Rabb.