Gorontalo, mimoza.tv – Kurang lebih 2 bulan lagi masa jabatan Pak Rusli Habibie sebagai Gubernur Gorontalo periode ke dua akan berakhir. Catatan ini sebenarnyabukan menyorot soal sudah berapa lama dan tinggal berapa lama lagi gubernur kita memimpin Gorontalo. Tetapi merupakan perspektif redaksi terhadap gubernur yang memimpin dalam kurun waktu dua periode.
Pak Gub, salah satu yang menjadi perspektif dalam catatan kali ini adalah angka kemiskinan, dimana hingga hari ini Gorontalo masih masuk sebagai 5 provinsi termiskin di Indonesia. Ironisnya, di sisi lain, jika membaca Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN), pak Gub berada di peringkat dua sebagai gubernur terkaya di Indonesia.
Be te we, coba ingatan kita kembalikan saat debat calon pada Pilgub 2017 lalu. Seperti yang redaksi kutip dari pemeritaan di mediaindonesia.com edisi Januari 2017. Kala itu Pak Rusli bersama Pak Idris yang merupakan calon petahana mengklaim sudah menjalankan 80 persen program kerja pada periode pertama, serta telah menurunkan angka kemiskinan dari 25 persen menjadi 17,18 persen.
Namun klaim Pak Rusli ini tentu berbeda dengan data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Gorontalo pada Maret 2017. Pada website resminya BPS tercatat, survei pada Maret 2017 persentase penduduk miskin di Provinsi Gorontalo sebesar 17,65 persen. Dibandingkan persentase penduduk miskin September 2016 sebesar 17,63 persen. Catatan lembaga tersebut menulis terjadi kenaikan sebesar 0,02 persen.
Tapi, ada satu hal yang menggembirakan ketika pada periode ke dua kepemimpinan Pak Rusli dan Pak Idris, jumlah penduduk miskin di Gorontalo sempat turun. Hal ini tercatat dalam data BPS tahun 2018. Pada bulan Maret 2018, angka kemiskinan di Provinsi Gorontalo turun sebesar 0,33 persen dari periode September 2017, yaitu dari 17,14 persen menjadi 16,81 persen. Data BPS menyebut, jumlah penduduk miskin pada Maret 2018 sebanyak 198,51 ribu jiwa, sementara jumlah penduduk miskin September 2017 sebanyak 200,91 ribu jiwa. Dengan demikian jumlah penduduk Miskin di Provinsi Gorontalo selama periode Maret 2018 hingga September 2017 berkurang sebanyak 2,4 ribu jiwa.
Meski hal ini patut dibanggakan, ternyata Pak Gub, kenyataannya angka kemiskinan di Gorontalo masih menjadi yang tertinggi se-Sulawesi. BPS dengan rinci menyebut, angka kemiskinan di provinsi tetangga kita seperti Sulawesi Tengah angka kemiskinannya sebesar 14,01 persen, Sulawesi Tenggara sebesar 11,63 persen. Sulawesi Selatan 9,6 persen, Sulawesi Utara 7,8 persen. Sementara Provinsi Sulawesi Barat yang merupakan provinsi ke 33 di Indonesia, hasil pemekaran dari Provinsi Sulawesi Selatan, angka kemiskinannya ada di angka 11,25 persen.
Masih pada periode ke dua Pak Rusli dan Pak Idris atau tepatnya tahun 2020, kemiskinan di Gorontalo menurun jika dibandingkan dengan tahun 2018. Lagi-lagi BPS menyebut, Maret 2020, jumlah penduduk miskin di Provinsi Gorontalo mencapai 185,02 ribu orang atau 15,22 persen. Sementara pada bulan Maret tahun 2021, BPS kembali mencatat, presentase penduduk miskin di Gorontalo sebesar 15,61 persen, atau naik sebanyak 0,02 poin persen jika dibandingkan dengan persentase pada bulan September 2020.
Apalagi BPS menyebutkan juga, permasalahan kita di Provinsi Gorontalo ini adalah disparitas angka kemiskinan yang tinggi. Di pedesaan angkanya mencapai 24,47 persen. Sedangkan di kota pada bulan Maret 2021 mencapai 4,23 persen. Sehingga secara rata-rata angkanya sebesar 15,61 presen.
Dengan angka demi angka yang telah di rilis BPS tersebut, akan menjadi tanda tanya bagi warga, program-program Pak Rusli dan Pak Idris dalam menuntaskan kemiskinan, termasuk pemberian bantuan lewat kegiatan Nyata Karya Rusli Idris (NKRI) yang sering digelar itu dampaknya apa hanya sekedar bagi-bagi bantuan?, hanya sejahtera sesaat? Atau seperti apa?.
Itu soal kemiskinan. Di satu sisi juga apresiasi yang luar biasa kepada Pak Rusli dan Pak Idris yang lewat program-programnya membuat angka nilai tukar petani (NTP) Gorontalo mengalami pertumbuhan.
Meski pernah mengalami penurunan sebanyak 0,068 persen pada Desember 2019, NTP Gorontalo mengalami kenaikan sebesar 1,42 persen pada April 2021, 0,20 persen pada Juni 2021, dan terakhir pada bulan Juli juga mengalami kenaikan sebesar 0,076 persen.
Sekali lagi kita patut berbangga Pak Gub, karena angka kesejahteraan petani di Gorontalo masih lebih baik dari Provinsi Sulawesi Selatan yang mengalami penurunan NTP tertinggi sebanyak -0,54 persen.
Di akhir catatan ini patut kita doakan bersama, semoga angka-angka kesejahteraan petani Gorontalo ini akan terus tumbuh tinggi dan membaik, hingga akhir masa jabatan Pak Rusli dan Pak Idris berakhir.(red)
Referensi :