Gorontalo, mimoza.tv – Jelang pesta demokrasi 5 tahunan, Pemilu 2024, penyebaran ujaran kebencian dan hoaks semakin intens tersebar diberbagai platform media sosial.
Bahkan tak hanya skala nasional, di daerah, khususnya di Gorontalo, konten-konten bernada satire hingga bernada narasi kebencian itu terpantau di beberapa WhatsApp Grup atau WAG.
Konten narasi itu disebar oleh beberapa pemilik akun WA, untuk menyerang atau mendiskreditkan calon tertentu.
Mengutip beberapa sumber, peneliti Network for Indonesian Democratic Society (Netfid) Aida Mardatillah mengatakan penyebaran hoaks dan ujaran kebencian (hate speech) meningkat menjelang pemilihan umum (Pemilu).
Ia menyebut konten yang marak muncul jelang Pemilu adalah cyber bullying dalam bentuk hoaks kategori satir.
“Dengan menggunakan konten politik yang cenderung berisi konten menyerang tokoh politik atau saling serang antar pendukung partai politik,” ujarnya.
Aida mengambil contoh pada proses jelang Pemilu periode sebelumnya di mana banyak bermunculan hoaks yang ditujukan bagi golongan-golongan tertentu yang mengikuti kontestasi politik.
Bahkan lanjut dia, berkaca pada Pemilu 2019 lalu, Kominfo menemukan lebih dari seribu informasi hoaks di media sosial dengan konten kampanye hitam. Olehnya, berkaca dari Pemilu 2019 itu, dirinya menghimbau agar masyarakat dapat memfilter semua informasi yang tersebar di jagat maya.
Oleh karenanya, kata Aida, diperlukan antisipasi bersama segenap pihak guna mencegah meningkatnya peredaran hoaks dan ujaran kebencian jelang Pemilu 2024
agar indeks demokrasi Indonesia tidak lagi menurun.
“Di sini ada empat saya membuat bagaimana cara melawan hoaks dan hate speech, ada literasi, peran dari civil society, dan juga kemudian peran dari pemerintah, dan partai politik politisi itu sendiri,” tandasnya.
Pewarta : Lukman.