Gorontalo, mimoza.tv – Nilai tukar rupiah terus melemah dalam perdagangan spot hari ini, menembus level terendah sejak krisis moneter 1998. Pada pukul 09:41 WIB, rupiah terperosok ke Rp16.642 per dolar AS, menjadikannya mata uang dengan pelemahan terdalam di Asia di tengah tekanan global yang juga dialami mata uang lain di kawasan.
Menurut Bank Indonesia (BI), pelemahan rupiah lebih disebabkan oleh faktor eksternal yang masih dipenuhi ketidakpastian.
“Kami melihat faktor global masih penuh dengan ketidakpastian, baik terkait kebijakan tarif perdagangan Amerika Serikat, arah kebijakan The Fed, hingga gejolak geopolitik yang terus memanas,” ujar Direktur Pengelolaan Moneter dan Aset Sekuritas BI, Fitra Jusdiman, seperti yang mimoza.tv lansir dari Bloomberg Technoz, Selasa (25/3/2025).
Untuk meredam gejolak nilai tukar, BI menerapkan strategi triple intervention secara agresif dan terukur guna menjaga stabilitas rupiah serta keseimbangan permintaan dan penawaran valas domestik. Langkah ini diambil terutama saat volatilitas pasar meningkat signifikan, jelas Fitra.
Pada pukul 10:15 WIB, rupiah sedikit mengurangi pelemahan dan bertengger di Rp16.637 per dolar AS.
Level rupiah saat ini merupakan yang terlemah sejak krisis 1998. Sebagai perbandingan, pada krisis pandemi lima tahun lalu, rupiah sempat menyentuh Rp16.575 per dolar AS, sedangkan saat krisis moneter 1998, rupiah mencapai titik terendah di Rp16.650 per dolar AS pada 17 Juni tahun tersebut.
Secara teknikal, rupiah masih berpotensi melemah lebih lanjut hingga menyentuh level Rp16.700 per dolar AS sebagai titik support terkuat dalam perdagangan mendatang.
“BI akan terus menjaga agar pergerakan nilai tukar tidak berlebihan sehingga kepercayaan pasar tetap terjaga,” tegas Fitra.