Penulis; Dr. H. Sofhian, SE.I., MA., AWP (Wakil Direktur Eksekutif Komite Daerah Ekonomi dan Keuangan Syariah (KDEKS) Prov. Gorontalo dan Ketua Ikatan Ahli Ekonomi Islam (IAEI) Prov. Gorontalo) .
Komitmen empat pemerintah daerah yang ada di Gorontalo dalam menyerukan aksi penarikan modal secara keseluruhan semakin menggema di media massa dan media sosial. Seruan ini muncul di tengah polemik Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Luar Biasa (LB).
seruan aksi penarikan modal secara massal dari pemegang-pemegang saham justru dapat membahayakan tingkat kesehatan bank tersebut.
Artinya Bank BSG tidak bisa memandang sepele hal tersebut karena banyak aspek lainya yang akan terkait jika hal tersebut berlanjut terus karena aspek sikologi dari nasabah umum khususnya masyarakat Gorontalo yang menjadi bagian dari nasabah BSG bisa saja akan melakukan rush, dampak dari permintaan penarikan dana nasabah mengarah pada likuiditas yang semakin menipis, kesulitan likuiditas menjadi momok yang sangat menakutkan bagi dunia perbankan. Penarikan uang besar-besaran dapat melumpuhkan operasional bank. Memang betul jika dilihat dari size modal yang dimiliki oleh pemerintah di provinsi Gorontalo terkategori masih sangat kecil 18,65 % namun masalah sikologi masyarakat gorontalo atau trust merupakan hal yang bisa berdampak negatif pada kesehatan BSG nantinya.
Oleh karena itu dunia perbankan sangat menjaga yang namanya permodalan karena merupakan salah satu variabel yang dapat digunakan sebagai dasar pengukuran kinerja bank. Modal merupakan salah satu faktor yang penting bagi bank dalam mengembangkan usahanya dan menampung resiko kerugian, CAR (Capital Adequacy Ratio) dan Aktiva Tetap terhadap Modal merupakan rasio keuangan yang dapat digunakan untuk menilai aspek permodalan suatu bank. Semakin besar nilai CAR suatu bank maka semakin sehat bank tersebut karena akan semakin besar daya tahan bank dalam menghadapi penyusutan nilai harta bank yang timbul karena adanya harta bermasalah.
Jika seluruh pemerintah daerah Gorontalo serius melakukan penarikan dananya secara serentak maka apakah ketangguhan Likuiditas BSG bisa mengimbanginya? Ini pertanyaan besar karena dalam laporan keuangan BSG tahun 2024 menunjukkan besarnya pembiayaan/ kredit yang dikucurkan oleh BSG yakni lebih dari 15 trilyun, di tambah lagi total dari seluruh DPK kurang lebih 15 trilyun terdapat deposito yang segera akan jatuh tempo sebesar 11 trilyun, artinya pihak BSG akan menghadapi risiko likwiditas yang tinggi.
Pertanyaan besarnya kembali adalah apakah pemerintah daerah Gorontalo masih tetap konsisten dengan mengambil langkah mundur dari kepesertaan pemegang saham di BSG ataukah akan ada negosiasi jangka pendek yang bisa mempengaruhi semua opini yang telah terbentuk di masyarakat gorontalo.