Gorontalo, mimoza.tv – Peristiwa memilukan yang terjadi di Gorontalo baru-baru ini, di mana dua ayah kandung menjadi tersangka kekerasan seksual terhadap anak-anak mereka sendiri, membuka mata banyak pihak tentang bahaya predator seksual yang justru bisa berasal dari lingkungan paling dekat: rumah tangga.
Kasus tersebut menjadi bukti bahwa tidak semua bentuk kekerasan datang dari luar. Dalam sejumlah kasus, pelaku kekerasan seksual terhadap anak adalah orang yang dikenal, dipercaya, bahkan disayangi oleh korban.
Menurut penelitian oleh Andini Puteri Mustika dalam skripsinya di Universitas Bosowa Makassar, sikap orang tua terhadap kasus kekerasan seksual pada anak sangat bervariasi. Dari 200 responden, hanya 8% yang memiliki sikap positif terhadap pentingnya pencegahan kekerasan seksual pada anak, sementara 34% bersikap netral, dan sisanya cenderung negatif atau tidak peduli.
Kenali Tanda-Tanda, Jangan Anggap Sepele
Orang tua dan pengasuh perlu waspada terhadap perubahan sikap anak yang tiba-tiba, seperti:
Menjadi pendiam atau enggan berbicara dengan orang tua
Menunjukkan ketakutan berlebihan terhadap orang tertentu
Menghindari sentuhan fisik atau merasa tidak nyaman saat disentuh
Mengalami mimpi buruk, gangguan tidur, atau penurunan prestasi
Dalam penelitian oleh Sal Sal Billah di Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kota Depok, ditemukan bahwa anak-anak penyintas kekerasan seksual sering menunjukkan perubahan perilaku yang signifikan, dan penting bagi orang dewasa di sekitar mereka untuk peka terhadap tanda-tanda tersebut.
Pendidikan Seksual Usia Dini: Investasi Perlindungan Jangka Panjang
Para ahli sepakat bahwa memberikan edukasi seksual yang sesuai usia kepada anak adalah bentuk perlindungan terbaik dari ancaman kekerasan seksual. Orang tua tidak perlu takut menggunakan istilah tubuh yang benar atau menjelaskan konsep privasi sejak dini.
Penelitian oleh Anung Alamsyah dan rekan-rekannya menunjukkan bahwa psikoedukasi seksual pada anak prasekolah dapat meningkatkan pengetahuan anak tentang pelecehan seksual, sehingga mereka lebih mampu mengenali dan melaporkan perilaku yang tidak pantas.
Peran Masyarakat: Jangan Diam, Laporkan
Lingkungan yang peduli dan aktif dapat menjadi benteng pertahanan terakhir bagi anak-anak yang menjadi korban. Jika mendengar cerita yang mencurigakan dari anak, tetangga, atau teman sekolah, jangan ragu untuk bertindak.
Kepolisian dan lembaga perlindungan anak seperti UPTD PPA (Unit Pelaksana Teknis Daerah Perlindungan Perempuan dan Anak) membuka layanan pengaduan masyarakat yang dapat diakses dengan mudah.
Kapolresta Gorontalo Kota, Kombespol Ade Permana juga mengajak masyarakat untuk aktif melapor. “Jangan takut. Kita punya mekanisme hukum dan tenaga profesional untuk menangani kasus semacam ini secara rahasia dan mendukung pemulihan korban,” ungkapnya.
Akhirnya, Semua Berawal dari Rumah
Mewaspadai predator seksual bukan berarti mencurigai semua orang, tetapi membangun sistem proteksi yang kuat bagi anak-anak, baik secara emosional, fisik, maupun sosial.
Rumah yang aman bukan sekadar bangunan, tetapi tempat di mana anak merasa dilindungi, dihormati, dan dicintai. Peristiwa yang terjadi di Gorontalo adalah luka bersama yang harus menyadarkan kita akan pentingnya kesadaran kolektif untuk mencegah agar hal serupa tidak kembali terjadi.