Gorontalo, mimoza.tv – Di tengah gempuran gaya hidup mewah keluarga pejabat yang kerap menghiasi linimasa, pemandangan berbeda justru hadir di Jalan Nani Wartabone, Kota Gorontalo.
Di antara deretan pedagang kaki lima yang mulai ramai selepas matahari tenggelam, sebuah gerobak kopi sederhana mencuri perhatian. Tak karena desainnya yang mencolok, melainkan karena siapa yang berada di balik meja kayu itu: seorang barista muda bersenyum ramah, dengan kaos oblong, topi putih, dan gerak-gerik tanpa pretensi.
Namanya Angga. Ia adalah cucu dari Wali Kota Gorontalo, Adhan Dambea.
Alih-alih memanfaatkan status keluarga, Angga memilih jalannya sendiri. Ia meracik kopi, melayani pelanggan, dan membereskan lapaknya tanpa embel-embel “anak pejabat”.
“Angga suka mandiri,” ujarnya singkat saat ditanya motivasinya.Kisahnya menyebar cepat.
Warga yang awalnya mampir karena penasaran, kini kembali karena racikan kopinya yang nikmat dan sikapnya yang merendah. Salah satunya Ibu Yanti, pelanggan tetap, yang berkomentar:
“Jarang-jarang anak pejabat begini. Biasanya kan penuh gaya. Ini malah ngopi di pinggir jalan, nyeduh sendiri.
”Kesederhanaan ini bukan pencitraan musiman. Sejak awal menjabat, Adhan Dambea memang dikenal tegas terhadap keluarganya. Ia memberi kebebasan untuk berkarya, tapi dengan batas yang jelas: tidak mencatut jabatan, apalagi ikut bermain proyek
“Silakan berkarya, asal jangan pakai nama atau posisi saya,” begitu kira-kira prinsip sang wali kota, yang belakangan justru jadi narasi tandingan atas gaya hidup elit yang kerap dipertontonkan sebagian kalangan.
Fenomena ini makin menegaskan karakter Jalan Nani Wartabone yang kini menjelma menjadi ruang publik bagi warga kota. Sejak diberlakukan satu arah, kawasan ini memang dipoles sebagai pusat kuliner malam.
Pemerintah memberi ruang kepada para pelaku UMKM, dengan catatan: jaga kebersihan dan ketertiban.
Dan di tengah geliat wirausaha malam itu, berdirilah gerobak kopi Angga—sederhana, bersih, dan merakyat.
Mungkin, warisan paling berharga dari seorang pemimpin bukanlah fasilitas, tetapi teladan. Dan kopi yang diracik Angga, bisa jadi bukan sekadar minuman malam hari, tapi juga bukti bahwa nama besar tak harus diwariskan dalam bentuk kekuasaan—cukup dengan kerja keras dan sedikit kesungguhan. (rls/luk)