Gorontalo, mimoza.tv – Kehadiran Kepala Desa Parungi pada Upacara Peringatan Kemerdekaan RI ke-80 di Kecamatan Boliyohuto menjadi sorotan publik. Foto yang beredar memperlihatkan sang kades hanya mengenakan kaos, celana jeans, serta sandal saat duduk di kursi undangan.
Sejumlah tokoh masyarakat menilai pemberitaan yang beredar sebelumnya terlalu berlebihan. Mereka menegaskan, kehadiran Kepala Desa Parungi bukan bagian dari prosesi utama upacara.
“Memang benar dalam foto terlihat beliau dan Kades Motoduto memakai sandal dan kaos. Tetapi keduanya hadir setelah penurunan bendera selesai, sekadar untuk memantau warganya yang ikut lomba gerak jalan sore hari. Apalagi kondisi kakinya memang sedang sakit dan hujan turun saat itu,” ujar salah seorang tokoh masyarakat Boliyohuto.
Namun, klarifikasi tersebut dibantah warga lainnya. Thomas, warga Desa Parungi, mengaku tidak percaya dengan penjelasan itu. Ia menyebut melihat langsung sang kades berdiri bersama tamu undangan saat penurunan bendera berlangsung.
“Saat penurunan, beliau bahkan berdiri bersama tamu lainnya yang pakai jas dan sepatu hitam. Jadi kalau dikatakan datang setelah upacara, rasanya diragukan,” tegas Thomas.
Ia juga menyoroti penampilan sang kades yang dianggap tidak pantas.
“Kalau alasannya tidak pakai sepatu karena kakinya bengkak, setidaknya gunakan pakaian dinas lapangan (PDL). Bukan kaos dan jeans, apalagi celana digulung ke atas saat duduk di kursi. Itu kan tidak beretika,” tambahnya.
Meski berbeda versi, warga berharap polemik ini menjadi pembelajaran bersama. Tradisi peringatan HUT RI di Boliyohuto dinilai sakral dan harus dijaga kehormatannya. Sementara itu, klarifikasi dan kritik yang muncul menunjukkan bahwa publik menuntut keteladanan dari para pemimpin di tingkat desa.
Penulis: Lukman.