Ponorogo, mimoza.tv – Sanggar Tari Candra Waskitha, yang bermarkas di Dukuh Krajan, RT 01/RW 02, Desa Plunturan, Kecamatan Pulung, Kabupaten Ponorogo, Provinsi Jawa Timur, kembali mencatat sejarah. Sanggar yang berdiri sejak 2010 ini tampil di panggung internasional Indonesian Cultural Night di Bangkok, Thailand pada 14 September 2025, membawakan adaptasi Reyog Ponorogo versi anak-anak. Membawa harum nama bangsa dan khususnya daerah Ponorogo sebagai asal-usul kesenian Reyog yang kini booming dan bahkan pernah diklaim negara lain.
Namun di balik gemerlap panggung luar negeri, perjalanan mereka justru menyoroti satu hal yang kerap luput: minimnya dukungan pemerintah daerah maupun pusat. Tidak ada anggaran khusus, tidak ada fasilitas bantuan transportasi atau akomodasi. Seluruh biaya keberangkatan ditanggung secara gotong royong oleh para orang tua peserta didik, yang sebagian besar adalah keluarga dari latar ekonomi sederhana.
Ironi itu nyata: keberhasilan anak-anak desa membawa nama bangsa ke luar negeri lahir bukan dari sistem dukungan yang kokoh, melainkan dari tekad komunitas kecil yang menolak menyerah. Di saat banyak program pemerintah gencar berbicara soal pelestarian budaya, justru inisiatif seperti Candra Waskitha yang masih harus berjuang sendiri untuk sekadar sampai ke panggung dunia.
Sebagaimana diketahui, penampilan Sanggar Tari Cahndra Waskitha lewat tarian Reyog Ponorogo versi anak ini menjadi bukti bahwa seni tradisional Indonesia dapat terus hidup dan berkembang melalui generasi muda. Selain sebagai ajang pertunjukan seni, acara ini juga menjadi jembatan persahabatan antara Indonesia dan Thailand melalui diplomasi budaya yang menyentuh hati.
Perjalanan mereka menjadi pengingat bahwa pelestarian budaya bukan hanya soal pertunjukan, tapi juga soal keberpihakan. Dan sejauh ini, yang berpihak sepenuhnya pada mereka masihlah keluarga sendiri.
Redaksi.