Gorontalo, mimoza.tv – Pembangunan bendungan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) yang bernilai miliaran dolar di hutan lindung Batang Toru, Sumatra Utara mengancam habitat orangutan terlangka di dunia dan memicu kekhawatiran mengenai ekspansi global proyek infrastruktur China.
Hutan lindung Batang Toru, yang akan menjadi lokasi proyek, adalah satu-satunya habitat orangutan Tapanuli, spesies orangutan langka yang baru saja ditemukan. Saat ini, diketahui ada total 800 orangutan Tapanuli.
Proyek bernilai $1,6 miliar, yang diperkirakan mulai beroperasi pada 2022, akan melalui jantung habitat hewan yang terancam punah itu. Tidak saja Orangutan Tapanuli yang terancam, tapi juga hewan-hewan yang terancam punah lainnya, seperti owa, siamang, dan harimau Sumatra.
Menurut dokumen-dokumen perusahaan, PT Hydro Energy Sumatra Utara, pengembang PLTA tersebut mendapat dukungan dari Sinosure, sebuah badan usaha milik negara (BUMN) China, yang memberikan asuransi untuk proyek-proyek investasi di luar negeri dan dari Bank of China.
BUMN China, Sinohydro, yang pernah membangun bendungan raksasa Three Gorges Dam, berhasil mendapat kontrak untuk merancang dan konstruksi proyek tersebut.
Proyek PLTA itu adalah satu dari puluhan proyek kelistrikan pemerintah meningkatkan rasio elektrifikasi di seluruh Indonesia.
Namun proyek yang didukung China itu telah memicu perlawanan dari para aktivis lingkungan, yang mengatakan proyek ini berpotensi mengganggu lingkungan dan hal ini tampak dengan keengganan Bank Dunia untuk terlibat dalam proyek tersebut.
Meski demikian, para investor China bergeming. Menurut para kritikus, hal ini menekankan dampak lingkungan dari ambisi infrastruktur China “Sabuk dan Jalan (Belt and Road Initiative)” untuk menghubungkan Asia, Eropa dan Afrika melalui jaringan pelabuhan, jalan raya dan jalur kereta api.(vp/ft/luk)
Berita ini sebelumnya sudah tayang di https://www.voaindonesia.com/