Gorontalo, mimoza.tv – Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Gorontalo mencatat, sejumlah komoditas pangan masih menjadi penyumbang utama inflasi di bulan Agustus 2025. Meski secara umum Gorontalo mengalami deflasi 0,73 persen (month to month/m-to-m), kenaikan harga beras dan bawang merah tetap membebani masyarakat.
Plt. Kepala BPS Provinsi Gorontalo, Dwi Alwi Astuti, mengungkapkan bahwa beras masih menjadi komoditas paling dominan penyumbang inflasi.
“Beras memberi andil inflasi sebesar 0,28 persen, disusul bawang merah sebesar 0,12 persen, serta ikan tude atau selar sebesar 0,10 persen,” ujar Dwi dalam rilisnya 1 Agustus 2025, pekan lalu.
Selain itu, kontrak rumah, daging ayam ras, kangkung, ikan layang, ikan cakalang, minyak goreng, hingga roti manis turut menyumbang inflasi meski dengan andil yang lebih kecil.
Tomat dan Cabai Rawit Anjlok Harga
Di sisi lain, beberapa komoditas justru mengalami penurunan harga signifikan sehingga mendorong deflasi Gorontalo pada Agustus ini. Tomat menjadi penyumbang deflasi terbesar dengan penurunan 0,95 persen, diikuti cabai rawit turun 0,45 persen.
“Selain tomat dan cabai rawit, beberapa komoditas lain seperti telepon seluler, air kemasan, cabai merah, hingga popok bayi sekali pakai juga mengalami penurunan harga, meskipun dengan andil relatif kecil,” tambah Dwi.
Stabilitas yang Masih Rapuh
BPS mencatat, secara tahunan (y-on-y), inflasi Gorontalo berada di angka 2,51 persen, dengan inflasi tahun kalender (year to date/y-to-d) sebesar 1,65 persen.
Kendati angka tersebut masih dalam kategori terkendali, Dwi menegaskan bahwa gejolak harga pangan perlu terus diwaspadai.
“Fluktuasi harga pangan, khususnya beras, masih menjadi tantangan utama. Karena komoditas inilah yang paling dirasakan langsung oleh masyarakat sehari-hari,” ujarnya.
Penulis: Lukman.