Penulis: Dr. Najamuddin Petta Solong, M.Ag. (Pembimbing Mahasiswa PPL MBKM di MTs. Negeri Buol Sulawesi Tengah)
Setiap tanggal 22 April, dunia memperingati Hari Bumi sebagai pengingat akan pentingnya menjaga kelestarian planet tempat kita hidup. Perayaan ini bertujuan untuk menggugah kesadaran global mengenai perlunya melestarikan lingkungan, mengelola sumber daya secara bijak, dan menjaga keseimbangan ekosistem demi masa depan generasi yang akan datang. Ini adalah momen reflektif yang mengajak semua pihak untuk memikirkan kembali cara kita memperlakukan bumi.
Hari Bumi menjadi momentum dunia untuk bersatu dalam merayakan keindahan dan keanekaragaman hayati, sekaligus memikirkan langkah konkret yang bisa diambil, baik secara individu maupun kolektif, guna menjaga lingkungan. Dalam menyikapi Hari Bumi, kita dituntut untuk menyadari dampak buruk dari aktivitas manusia terhadap alam dan mulai mengambil tindakan positif dalam upaya penyelamatan lingkungan.
Masyarakat memegang peranan penting dalam menjaga keseimbangan alam. Langkah-langkah sederhana seperti mengurangi plastik sekali pakai, menanam pohon, menghemat energi, memilah sampah, serta mendukung kebijakan berwawasan lingkungan merupakan kontribusi nyata dalam pelestarian bumi. Dengan keterlibatan semua pihak, keberlanjutan lingkungan bisa diwujudkan, sekaligus meningkatkan kualitas hidup bersama.
Madrasah sebagai lembaga pendidikan memiliki tanggung jawab moral dalam membentuk karakter peserta didik yang cinta lingkungan. Selanjutnya dalam konteks penguatan pendidikan karakter dan pengembangan profil pelajar Pancasila, nilai-nilai kepedulian terhadap alam perlu diintegrasikan ke dalam aktivitas pembelajaran dan budaya sekolah. Pendidikan lingkungan harus menjadi bagian penting dari sistem pembelajaran yang berkelanjutan.
Sebagai bentuk kepedulian terhadap lingkungan dan dalam rangka memperingati Hari Bumi tahun 2025, MTs Negeri Buol mengadakan aksi penanaman seribu pohon matoa pada Selasa, 22 April 2025. Kegiatan ini dihadiri langsung oleh Kepala Madrasah, Bapak Aqil Budiaji, S.Pd., beserta seluruh guru dan tenaga kependidikan. Gerakan ini mencerminkan komitmen nyata madrasah dalam menumbuhkan kesadaran ekologi dan kecintaan terhadap lingkungan sejak usia dini.
Penanaman pohon matoa ini tidak hanya bersifat seremonial, melainkan mengandung nilai ekologi yang besar. Sebagai tanaman lokal Indonesia, matoa berfungsi menjaga keseimbangan lingkungan, menyerap karbon, dan memperbaiki kualitas udara. Selain itu, keberadaan pohon ini juga mendukung keanekaragaman hayati. Inisiatif ini diharapkan menjadi teladan bagi institusi pendidikan lainnya untuk turut mengambil bagian dalam gerakan penghijauan.
Namun demikian, usaha menjaga kelestarian alam tidak selalu mudah. Masih terdapat berbagai kendala seperti kurangnya pelibatan masyarakat, keterbatasan anggaran, serta kurangnya partisipasi dari pihak luar. Tak jarang pula kegiatan semacam ini hanya dianggap sebatas acara seremonial tanpa kesinambungan. Kondisi ini memperlihatkan bahwa kerjasama dan komitmen jangka panjang sangat dibutuhkan.
Ditambah lagi, krisis iklim yang makin terasa serta meningkatnya pencemaran dan perusakan alam menandakan bahwa bumi sedang berada dalam kondisi kritis. Oleh karena itu, aksi nyata harus terus dilakukan. Program penanaman pohon harus dijadikan agenda rutin yang melibatkan berbagai elemen masyarakat, dari lembaga pendidikan, pemerintah, hingga sektor swasta. Pendidikan lingkungan pun harus dikembangkan secara kreatif agar generasi muda tumbuh sebagai agen pelestarian bumi. “Satu bumi, satu kesempatan untuk peduli dan bertindak. Cintailah bumi, karena kita tidak memiliki tempat tinggal lain.”