Gorontalo, mimoza.tv – Status Facebook yang viral di media sosial memicu berbagai komentar terkait banjir yang melanda beberapa wilayah di Gorontalo. “Kayaknya pemerintah selama ini salah urus daerah kita,” tulis Umar Karim, Caleg DPRD Provinsi Gorontalo terpilih, dalam unggahannya yang kemudian ramai dibicarakan.
Gorontalo, seperti halnya Indonesia lainnya, terletak di garis khatulistiwa dengan intensitas curah hujan dan pancaran sinar matahari yang relatif konstan. Kondisi ini sebenarnya menjadikan Indonesia beriklim stabil. Namun, kenyataan di lapangan berbeda. Pembangunan impulsif telah mengganggu keseimbangan alam, merusak hutan di hulu dan mengabaikan tata kelola di hilir. Ini dianggap sebagai penyebab utama banjir.
Dalam mengatasi fenomena ini, Umar Karim menyarankan agar pemerintah memahami teori tentang air oleh Archimedes dan gravitasi oleh Isaac Newton. “Soal maraknya banjir, saya sarankan agar pemerintah belajar lebih banyak tentang hukum air oleh Archimedes dan gravitasi Isaac Newton agar benar-benar memahami bahwa air akan selalu mengalir ke tempat yang lebih rendah dan meluap jika penampangnya kecil,” kata Umar Karim kepada wartawan pada Minggu (7/7/2024).
Sosok yang akrab disapa Kakak UK ini mencontohkan situasi di Kecamatan Isimu, yang sebelumnya tidak pernah banjir namun kini cakupan wilayah terdampaknya sangat luas. Hal serupa terjadi di Kecamatan Limboto Barat dan Kota Gorontalo. “Hutan di hulu tidak lagi berfungsi menyerap air hujan, sehingga air langsung mengalir deras ke hilir. Sementara itu, kawasan hilir tidak memiliki drainase yang mampu menampung debit air besar, bahkan beberapa drainase kita dibuat menanjak. Mana bisa air mendaki?” ujarnya.
Ia menegaskan bahwa masalah ini adalah tanggung jawab pemerintah, yang memiliki otoritas untuk menghentikan kerusakan di hulu serta anggaran besar dari pajak rakyat untuk membuat infrastruktur yang layak. Umar juga menolak anggapan bahwa rakyat turut bertanggung jawab, misalnya dalam hal membuang sampah sembarangan. “Itu paradigma usang. Pemerintah harus tegas membuat regulasi dan menegakkan aturan dengan sanksi bagi pelanggar,” tegasnya.
Status Umar mendapat banyak dukungan. Salah satunya dari Arief Putra yang berkomentar bahwa banjir di Tibawa mungkin disebabkan oleh dua hal. Pertama, kebijakan pemerintah yang memberi izin penanaman kelapa sawit di pegunungan Pulubala, menyebabkan debit air tinggi di hulu mengalir deras ke Tibawa. Kedua, pembangunan Gorontalo Outer Ring Road (GORR) di pegunungan Isimu Utara, Haya-Haya, dan sekitarnya tanpa normalisasi sungai terlebih dahulu.
Permasalahan banjir di Gorontalo menunjukkan perlunya pemahaman mendalam terhadap prinsip-prinsip ilmiah serta kebijakan pembangunan yang berkelanjutan dan terencana dengan baik.
Penulis: Lukman.