Gorontalo, mimoza.tv – Hingga saat ini produk nira kelapa dunia terus berkembang dan bertumbuh denga pesatnya. Produknya sendiri terdiri dari nira segar, gula, jagery, cuka, madu, sampai dengan sirup. Bahkan Jelfina Alouw, Direktur Eksekutif International Coconut Community (ICC) dalam keterangannya seperti yang mimoza.tv litip dari mediaperkebunan.id menyatakan, dengan kadar glikemik rendah dibawah 35, merupakan kunci untuk meningkatkan pasar produk, hingga Indonesia menjadi eksportir utama.
“Produsen utamanya adalah Indonesia, Thailand, Filipina dan sedang meningkat di India dan Srilanka. India menjadikan nira sebagai produk nasional, minuman segar paling sehat di dunia dan sangat menguntungkan bagi petani,” kata jelfina.
Lebih lanjut diterangkannya, saat ini Indonesia merupakan eksportir terbesar gula kelapa. Ekspor gula kelapa Indonesia semakin meningkat, tahun 2012 14.095 ton dengan nilai USD18,402 juta sedang tahun 2018 35.578 ton dengan nilai USD 52,521 juta. Negara tujuan ekspor adalah Amerika Serikat sebesar 68 persen, Belanda sebesar 7 persen, Korea Selatan 5 persen, Malaysia 4 persen, Australia dan Singapura masing-masing sebesar 3 persen serta negara lainnya sebesar 11.
Di Indonesia sendiri lanjut dia, salah satu sentra gula kepala baik untuk ekspor maupun pasar dalam negeri adalah Kabupaten Banyumas,Jawa Tengah. Di kabupaten tersebut, luas lahan kelapa deres 5.111,49 hektare, dengan jumlah pohon kelapa mencapai 638.936 pokok. Sementara itu jumlah penderes 27.832 orang, tersebar di 23 kecamatan, rata-rata 22 pohon per orang per hari.
“Kapasitas produksi gulanya mencapai 154,8 ton per hari, produksi 2019 54.985,38 ton atau 75 persen gula cetak, 25 persennya gula semut kristal atau organik. Di dalam negeri sendiri penyerap utama gula merah adalah pabrik kecap,” sambung Jeflina.
Lalu bagaimana dengan Provinsi Gorontalo?
Jika di daerah lainnya bahan utama pembuatan gula merah adalah air nira kelapa, maka di Gorontalo umumnya masyarakat menggunaka air dari pohon aren sebagai bahan utama pembuatan gula aren.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Gorontalo tahun 2017, dengan luas lahan mencapai 841 hektar, produksi aren di Provinsi Gorontalo mencapai 575 ton. Memang angka tersebut jauh lebih rendah dibanding dengan daerah Kabupaten Banyumas yang produksinya mencapai 154,8 ton per hari. Tapi bila sektor ini diseriusi, bukan tidak mungkin Gorontalo dikenal orang bukan hanya jagungnya saja, tetapi jadi salah satu daerah sentra aren terbesar di Indonesia.
Mengutip apa yang disampakian Dir Narkoba Polda Gorontalo, Kombes Pol. Witarsa Aji, lewat podcast Mimoza Tv, di Kabupaten Gorontalo sendiri berdasarkan survey yang ia lakukan bersama anggota lainnya, ada sekitar 165 ribu pohon aren yang tersebar dan hanya sebagian kecil saja dimanfaatkan oleh petani untuk diolah menjadi gula aren.
“Bayangkan, 1 pohon aren ini bisa menghasilkan 1 Kg gula eren, dengan harga pasarannya mencapai Rp 15 ribu per kilo. Jika seluruh pohon ini tergarap oleh para petani, maka ada potensi pendapatan ekonomi warga Gorontalo bernilai miliaran rupiah,” tandas Witarsa.
Dirinya bahkan mengaku, sejak bulan Januari hingga Maret 2021, sebanyak 25 petani yang berada dibawah pendampingan dan binaan Dit Res Narkoba Polda Gorontalo sudah mampu menjual 11 ton gula aren.
Bahkan tak main-main, untuk keberlanjutan program tersebut pihaknya menargetkan hingga Desember tahun ini sudah tertanam sebanyak 50 ribu bibit pohon aren yang tersebar di beberapa wilayah di Kabupaten Gorontalo.
Lalu bagaimana dengan pemerintah atau pengambil kebijakan ?
Menurut Irwan Abbas, warga yang berdomisili di Kecamatan Tilongkabila, potensi aren di Gorontalo perlu menjadi atensi pemerintah daerah.
Irwan yang juga pedagang gula aren ini mengatakan, sudah saatnya para pengambil kebijakan untuk memperlakukan aren ini seperti halnya jagung dan produk unggulan lainnya dari Gorontalo.
“Kalau mau serius, pemerintah bisa memberikan bantuan bibit pohon aren, pendampingan dan pelatihan. Bila perlu membuat pabrik yang lebih besar atau penampung. Jadi dari petani selain bisa bisa di jual keluar, bisa juga ke pabrik atau penampungnya. Tidak seperti tumbuhan lainnya, pohon aren ini unik, tiba waktunya bisa di panen setiap hari, sepanjang bulan bahkan sepanjang tahun,” tutup Irwan
Pewarta: Lukman.