Gorontalo, Agustus 2024 – Tingkat kredit bermasalah di Gorontalo kini mencatatkan angka tertinggi di kawasan Sulawesi, Maluku, dan Papua (SULAMPUA). Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Non-Performing Loan (NPL) di Provinsi Gorontalo mencapai 3,79 persen per Agustus 2024. Posisi ini menempatkan Gorontalo sebagai provinsi dengan NPL tertinggi di SULAMPUA, yang diikuti Sulawesi Selatan (2,98 persen), Maluku Utara (2,97 persen), Papua Barat (2,85 persen), dan Papua (2,83 persen).
Dua Sektor Utama Penyumbang Kredit Macet Gorontalo
Kepala Kantor OJK Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat, Darwisman, menjelaskan bahwa lonjakan NPL di Gorontalo dipicu oleh dua sektor utama: konstruksi dan sektor pertanian, perburuan, serta perikanan. Sektor konstruksi menyumbang besar pada kredit macet karena tingginya risiko keterlambatan proyek, permasalahan pembiayaan, hingga ketidakpastian dalam proses pembangunan. Di sisi lain, sektor pertanian dan perikanan yang rentan terhadap fluktuasi cuaca, harga pasar, dan bencana alam, memperburuk kemampuan pelaku usaha membayar kredit.
Mengkhawatirkan, namun Kredit di SULAMPUA Tetap Tumbuh
Meski angka NPL mengkhawatirkan, Darwisman menyebut pertumbuhan kredit di kawasan SULAMPUA masih menunjukkan tren positif. Kredit di wilayah ini tumbuh 8,79 persen (year-on-year) per Agustus 2024, lebih tinggi dari pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang sebesar 5,55 persen. Tingkat Loan to Deposit Ratio (LDR) pun mencapai 124,97 persen, menandakan adanya kebutuhan dana dari luar daerah untuk menopang penyaluran kredit.
Penyaluran kredit SULAMPUA didominasi oleh kredit konsumtif senilai Rp212,78 triliun, sedikit lebih besar dari kredit produktif yang mencapai Rp211,17 triliun. Kredit produktif ini terbagi menjadi Kredit Modal Kerja sebesar Rp142,50 triliun dan Kredit Investasi Rp68,67 triliun.
Gorontalo Hadapi Tantangan Pengelolaan Risiko Kredit
Tingginya angka kredit macet di Gorontalo menjadi peringatan bagi sektor perbankan. Bank perlu memperketat pengawasan pada sektor-sektor berisiko, terutama di bidang konstruksi dan pertanian, sekaligus memberikan dukungan kepada debitur agar kualitas kredit bisa membaik dan risiko NPL menurun.
Dibandingkan dengan provinsi lain di Sulawesi, Sulawesi Tengah mencatatkan angka NPL terendah sebesar 1,49 persen, diikuti Sulawesi Tenggara dengan 1,63 persen. Data ini menunjukkan bahwa pengelolaan risiko kredit di Gorontalo memerlukan perhatian khusus untuk menjaga stabilitas keuangan di tengah tantangan ekonomi yang ada.
Penulis : Lukman.
Discussion about this post