Kota Gorontalo, mimoza.tv – Data hasil survey yang dirilis oleh Pusat Kajian Politik dan Opini Publik (PKPOP) Universitas Negeri Gorontalo (UNG), ditanggapi oleh Guru Besar UNG Prof.DR.H.Sarson W.DJ. Pomalato, M.Pd. Dirinya sangat kecewa dan menyesalkan dengan hal tersebut, yang secara tidak langsung menggiring nama lembaga ke ranah politik praktis.
“Saya berharap sebagai Guru Besar, UNG tidak alergi dengan politik tetapi dia lebih berbasis pendidikan politik, dengan tujuan mencerdaskan anak bangsa dalam berpolitik, bukan dalam hal survey mensurvey,” ujar Prof.Sarson saat ditemui di ruang kerjanya, Rabu (4/1/2017).
“Kalau survey itu menurut pemahaman saya, itu sudah permainan politik praktis, dan hal ini akan menimbulkan persepsi di masyarakat bahwa UNG sebagai lembaga pendidikan sudah dicampur adukan dengan politik. Bahkan bisa saja UNG dicurigai melakukan riset pesanan calon tertentu, bisa saja terjadi seperti itu,” lanjut pria yang juga menjabat sebagai Direktur Pasca Sarjana UNG ini.
“Jika saja dibuat riset tentang bagaimana kapasitas seorang calon, atau apa visi misi dari masing-masing calon dan diuraikan dalam bentuk ilmiah, itu baru bagus dan pas dengan kapasitas UNG. Bahkan bisa juga dalam riset ini memberikan masukan soal apa saja yang masih perlu ditambahkan dalam visi misi,” ungkap Prof.Sarson.
“Jika menurut perspektif keilmuan dan metodologi riset, survey yang dilakukan oleh PKPOP ini tidak memenuhi syarat. Karena dari 6 daerah, hanya 2 daerah yang di survey, ini tidak representatif. Walaupun dalam melakukan riset mereka menggunakan metode dan teknik tertentu yang mereka gunakan, tapi ini tidak layak,” tegasnya.
Menurutnya, bisa saja orang-orang atau para ahli yang berasal dari UNG melakukan survey, harus independen dan tidak membawa bendera UNG. “Saya tegaskan lagi, agar UNG tidak terseret-seret dalam pergerakan politik di Gorontalo, apalagi dalam menghadapi pemilu. Agar persoalan seperti ini tidak terjadi lagi, masalah ini akan saya bahas dalam rapat di Rektorat UNG nanti,” tutupnya.