Gorontalo, mimoza.tv – Pernakah kita bermain game kuesioner di akus sosial media kita seperti Facebook ?. Pertanyaannya bisa macam-macam, misalnya “Seberapa cantikkah kamu 40 tahun kedepan ?.” Atau ada juga pertanyaannya “Siapa pasanganmu tahun depan?”.
Jika kita pernah, entah itu iseng atau serius, mulai saat ini berhenti dan tinggalkanlah. Sebab secara sadar game-game di akun sosial media tersebut telah menyedot data digital kita, dan menjadi pintu masuk orang yang tidak bertanggungjawab meretas akun dan data pribadi kita.
Ronny Adolf Buol, Trainer bersertifikat Google, saat memberikan pelatihan kegiatan Halfday Basic Workshop “Hoax Busting and Digital Hygiene” di kampus Universitas Negeri Gorontalo pekan lalu mengungkapkan, salah satu langkah mengamankan data pribadi kita di sosial media adalah perilaku.
“Perilaku kita di sosial media akan menjadi jejak digital yang tidak bisa di hapus lagi. Game-game dalam sosial media itu bisa jadi salah satu contoh data kita di sedot. Ini juga jadi pintu masuk para hacker untuk membobol, meretas semua data pribadi kita,” kata Ronny.
Jebakan di dunia digital kata Ronny semakin terbuka lebar. Isu utamanya adalah keamanan cyber atau cybersecurity. Bila kita tidak mengunggah apapun ke dunia cyber atau berhati-hati, berarti tidak perlu melakukan tindakan pengamanan di tingkat yang mengkhawatirkan.
Namun di sisi lain, hal tersebut tidak mungkin. Kenyataannya manusia makin tergantung dengan kecepatan dan kenyamanan menggunakan berbagai aplikasi, walaupun ada harga yang harus di bayar.
Kata dia, di Indonesia, jumla pengguna ponsel mencapai 371,4 juta, atau 142 persen dari total penduduk Indonesia. Artinya, rata-rata setiap penduduk kita memakai 1,4 ponsel, karena satu orang saja bisa menggunakan 2 – 3 kartu seluler (sim card).
“Mengingat pengguna smartphone di negara kita sangat tinggi, maka langkah untuk mengamankan data digital itu antara lain dengan menyediakan tools untuk membuat passworl yang kuat dan aman, serta senantiasa memperhatikan jejak digital,” tandas dia.(luk)