Gorontalo, mimoza.tv – Apa jadinya jika hal yang dianggap hiburan justru perlahan merusak daya pikir, emosi, dan kesehatan mental? Di balik video pendek, backsound viral, dan scroll tak berujung di TikTok, tersembunyi ancaman nyata bagi generasi digital: doomscrolling dan dopamine hijacking.
Apa yang Terjadi?
Fenomena ini bukan sekadar istilah ilmiah. Ini adalah realita yang kini menjerat jutaan pengguna TikTok di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Tanpa sadar, pengguna mengorbankan ketenangan jiwa demi ledakan dopamin sesaat dari video-video tanpa henti.
Dikutip dari KlikDokter, psikolog Ikhsan Bella Persada, M.Psi. menjelaskan bahwa doomscrolling adalah perilaku terus-menerus mengonsumsi informasi negatif, meskipun informasi tersebut memicu stres, cemas, bahkan depresi. Ini diperparah dengan algoritma TikTok yang didesain untuk membuat pengguna tak ingin berhenti menonton.
Siapa yang Paling Rentan?
Kita semua. Tapi terutama para pengguna aktif TikTok yang menghabiskan berjam-jam untuk scrolling. Mereka yang mencari “hiburan ringan” sebelum tidur, atau sekadar “mengisi waktu luang” di sela kerja. Tanpa disadari, waktu, fokus, dan kesehatan mental perlahan hilang satu per satu.
Menurut studi gabungan dari Universitas Normal Tianjin (China) dan UCLA (Amerika Serikat), kecanduan video pendek seperti di TikTok menyebabkan perubahan struktur otak yang berkaitan dengan penurunan daya ingat, konsentrasi, dan pengambilan keputusan. (Health Detik)
Kapan Dampaknya Terasa?
Tidak sekarang. Tapi ketika Anda mulai sulit fokus, gampang cemas, kualitas tidur memburuk, dan merasa dunia ini penuh kesuraman—itulah alarm yang sedang berbunyi. Ketika TikTok sudah menjadi rutinitas harian, saat itulah bahaya menjadi nyata.
Dr. Devia Irine Putri menjelaskan bahwa kebiasaan ini dapat menyebabkan gangguan tidur, kelelahan mata, dan stres berkepanjangan yang bisa berujung pada gangguan mental. (KlikDokter)
Dimana Dampak Ini Terjadi?
Di dalam otak Anda. TikTok tak hanya menahan mata Anda di layar, tapi juga membajak sistem penghargaan di otak—menjadikan Anda budak dopamin, zat kimia yang membuat Anda merasa “puas” tanpa harus berbuat banyak. Ini disebut dopamine hijacking.
Menurut SuratDokter.com, setiap kali Anda menonton konten yang memicu rasa senang, otak melepaskan dopamin secara instan. Tapi makin sering dilepaskan tanpa usaha berarti, makin rusak pula sistem motivasi dan keseimbangan emosional Anda.
Mengapa Harus Diwaspadai?
Karena ini bukan sekadar “main TikTok sebentar”. Ini tentang bagaimana Anda perlahan kehilangan kendali atas waktu, perhatian, dan bahkan hidup Anda sendiri. Lebih dari sekadar candu, ini adalah pelumpuhan diam-diam yang disamarkan sebagai hiburan.
Menurut artikel HelloSehat, doomscrolling merangsang pelepasan kortisol—hormon stres—yang jika terus-menerus muncul, dapat merusak sistem saraf, jantung, bahkan kesehatan kulit.
Bagaimana Mengatasinya?
Sadari lebih awal: Jika merasa “tidak bisa hidup tanpa TikTok”, itu tanda bahaya.
Batasi screen time: Gunakan pengatur waktu di ponsel.
Digital detox: Hapus aplikasi sementara, atau setidaknya matikan notifikasinya.
Ganti dengan kegiatan bermakna: Membaca, menulis, ngobrol langsung, atau sekadar diam dan menyendiri.
Latih mindfulness: Kembali hadir dalam realita, bukan algoritma.
Sumber Referensi Asli:
KlikDokter – Doomscrolling, Perilaku Suka Baca Berita Negatif yang Memicu Depresi
Health Detik – Efek Kelamaan Scroll TikTok pada Otak
SuratDokter.com – Ketagihan TikTok? Ini Cara Kerja Platform Membajak Dopamin Otak
Hello Sehat – Dampak Doomscrolling pada Mental
PKM Sibulue – Kenali Risiko Doomscrolling dan Cara Mengatasinya
Jika Anda merasa artikel ini menyentuh sesuatu di dalam diri, mungkin saatnya membuka mata… sebelum semuanya terlambat.