Senin, Juni 2, 2025
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Kontak
  • Pedoman Media Siber
  • Index
  • Disclaimer
Tech News, Magazine & Review WordPress Theme 2017
  • Kabar Daerah
    • Provinsi Gorontalo
    • Kota Gorontalo
    • Kabupaten Gorontalo
    • Bone Bolango
    • Boalemo
    • Pohuwato
    • Gorontalo Utara
  • Peristiwa
    • Nasional
    • Internasional
  • Cek Fakta
  • Ekonomi
  • Politik
    • Partai
  • Hukum & Kriminal
    • KABAR BHABINKAMTIBMAS
    • KABAR MILITER
  • Opini
  • Sekitar Kita
    • Gaya Hidup
      • Olahraga
      • Musik
      • KABAR NYIUR MELAMBAI
    • Pendidikan
      • Kabar Kampus
    • Kesehatan
      • Kuliner
    • Lingkungan
      • Pariwisata
No Result
View All Result
Mimoza TV
  • Kabar Daerah
    • Provinsi Gorontalo
    • Kota Gorontalo
    • Kabupaten Gorontalo
    • Bone Bolango
    • Boalemo
    • Pohuwato
    • Gorontalo Utara
  • Peristiwa
    • Nasional
    • Internasional
  • Cek Fakta
  • Ekonomi
  • Politik
    • Partai
  • Hukum & Kriminal
    • KABAR BHABINKAMTIBMAS
    • KABAR MILITER
  • Opini
  • Sekitar Kita
    • Gaya Hidup
      • Olahraga
      • Musik
      • KABAR NYIUR MELAMBAI
    • Pendidikan
      • Kabar Kampus
    • Kesehatan
      • Kuliner
    • Lingkungan
      • Pariwisata
No Result
View All Result
Mimoza TV

RUPS BSG DAN REKRUTMEN ELIT GORONTALO

by Redaksi
April 10, 2025
Reading Time: 3 mins read
957 61
A A
0
Funco Tanipu. Foto : Dokumentasi mimoza.tv.

Funco Tanipu. Foto : Dokumentasi mimoza.tv.

Share on FacebookShare on WhatsappShare On Twitter

Oleh : Funco Tanipu (Dosen Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Gorontalo)

Ujung dari soal RUPS Bank Sulut Gorontalo atau disingkat BGS adalah ancaman menarik dana Pemda oleh beberapa kepala daerah di Gorontalo dari BSG.

Ancaman dari beberapa kepala daerah itu bermula dari tidak adanya perwakilan Gorontalo yang duduk di Komisaris maupun Direksi saat Rapat Umum Pemegang Saham di Bank Sulut Gorontalo.

Baca juga

Hamim Pou dan Ujian Nurani di Ruang Sidang: Saatnya Hukum Bicara Jujur

Tiga Siswa MTs Al Huda Gorontalo Raih Beasiswa ke SMA Taruna Nusantara

Ada yang mengatakan bahwa jika mengikuti prosedur, memang Gorontalo tidak memiliki hak untuk mendudukkan wakilnya. Ada juga yang menyebut ketidakompakan elit Gorontalo dalam pengusulan wakil. Hingga ada suara-suara yang terdengar lirih bahwa “Sulut so bage rata ini”.

Kekecewaan itupun berlanjut dengan berbagai macam nada ancaman untuk menarik dananya di BSG.

Saya tidak ingin masuk terlalu dalam soal proses RUPS. Bukan soal itu yang mau saya bahas. Saya ingin menyoroti soal mengapa nama dari Gorontalo tidak bisa dikerucutkan.

Dugaan saya sederhana, ini masih berkisar pada tarikan kepentingan antar satu kutub dan kutub lainnya dalam politik lokal. Masing-masing ingin mengajukan nama, dan mereduksi yang lain.

Soal apa kepentingan masing-masing kutub itu persoalan lain. Saya ingin menekankan pada kultur Gorontalo tentang rekrutmen elit. Termasuk bagaimana menyiasati rekrutmen elit dalam konteks apapun.

Biasanya, jika memasuki tahapan atau prosesi kontestasi, pertarungan atau kompetisi, selalu muncul kalimat “tita taliye botiye”, “tita taboti”, dan “tita yi’o”. Kalimat itu berbentuk pertanyaan, tapi sebenarnya bukan pertanyaan.

Dalam kasus rekrutmen, atau misalnya dalam mengajukan nama seseorang untuk menjabat atau menduduki jabatan tertentu, pasti akan ada yang berujar ; tita taliye/yi’o.

Bukan untuk menanyakan siapa dirinya, tapi semacam meremehkan, memeriksa dan “menggeledah” riwayat hidup orang tersebut. Tetapi lebih beratnya ke “ce’ah”. Nada pesimis dan terkesan tidak menghiraukan nama tersebut. Apalagi orang tersebut tidak memiliki latar belakang yang memadai, bukan masuk dalam lingkaran “ngala’a” yang kuat.

Jika hal itu sudah dilontarkan oleh para tokoh atau elit, maka nama tersebut kemungkinan besar akan terpental dari proses rekrutmen.

Tetapi, jika pertanyaan atau pernyataan tentang “tita taliye/tiyo” diabaikan, maka biasanya akan diikuti “nde de mobilohe” atau “nandi yi’o”. Lalu disambung, “potala bolo” sambil menganggukkan kepala, bukan tanda setuju, tapi semacam peringatan.

Jika hal itu sudah dilontarkan, maka tutuhiya hingga bubuwahula pun akan terjadi. Macam-macam siasat akan dikeluarkan, pada pokoknya ; mamo olota!. Wanu ja ami, ja tingoli!.

Pada konteks itu, jika sudah masuk pada tahap kesumat, seluruh jurus dikeluarkan ; modedelowa bijana sampai ramba-ramba lo depula ma popotombotolo, madidu pomake motubu.

Ada yang memaknai hal ini sebagai iri hati, ada juga yang menyebut ini sebagai kalah bersaing. Tapi sederhananya, akarnya ada pada proses rekrutmen elit Gorontalo yang sedemikian ketat. Tidak boleh asal rekrut, tidak bisa sembarangan mengusulkan nama. Apalagi yang mengusulkan “nenge ma’o-nenge ma’o”.

Rekrutmen elit Gorontalo jika tidak transparan, dalam artian tidak disetujui semua elit atau pihak yang terkait, apalagi kualifikasi yang tidak memadai, ditambah tanpa melalui proses sosialisasi yang panjang atau  tidak melalui proses dudula pada semua tokoh, yang diharapkan dari proses dudula tersebut agar bisa menghargai tokoh/tetua masyarakat/adat. Hingga harus persetujuan semua arah mata angin.

Nah, jika ada yang hendak di endorse tanpa melalui proses diatas, maka “bolo wulatilo”. Katakanlah dalam proses tersebut bisa menduduki jabatan, tapi dipastikan akan diganggu dan diupayakan “moobo huta”.

Dan ketika elit tersebut yang tidak melalui tahapan diatas lalu misalnya jatuh, maka orang-orang akan bergumam : wolo pilele, ngga rasayi poma’o utiye.

Maka jika ada elit/atau merasa sudah elit ditolak oleh elit secara umum, berarti ada tahapan atau kode etik yang dilanggar atau dilewati.

Karena jika sudah melanggar hal diatas, maka akan lebih sulit “molame”, apalagi skill dan keahlian “totame” yang terbatas, dan deretan elit yang mendukung juga sedikit, ditambah tidak masuk dalam lingkaran “ngala”a” yang kuat untuk membentengi. Maka, siap-siap melawan atau membentengi diri baik secara teknis politik ataupun non teknis lainnya.

Namun, bagi elit atau yang di endorse melalui tahapan dudula yang etis ditambah dengan sikap yang molamahu dan motolongala’a yang baik, maka elit ataupun yang di endorse pasti akan “ma podu’awa liyo” dan “mapodahawa liyo”, karena dianggap bagian dari ngala’a walaupun tidak sedarah.

Berita Terkait

Mantan Bupati Bone Bolango, Hamim Pou, saat menghadiri sidang perkara Bansos beberapa hari yang lalu.

Hamim Pou dan Ujian Nurani di Ruang Sidang: Saatnya Hukum Bicara Jujur

Juni 2, 2025

Tiga Siswa MTs Al Huda Gorontalo Raih Beasiswa ke SMA Taruna Nusantara

Mei 31, 2025

Rayakan Hari Lahir Pancasila, Densus 88 dan FKPT Gorontalo Gelar Nobar Film “Sayap-Sayap Patah 2: Olivia”

Mei 30, 2025

Diduga Permainkan Perasaan dan Tubuh Mahasiswi, Oknum Polisi Dilaporkan

Mabuk dan Ancam Mantan Pacar, Pemuda di Gorontalo Ditangkap Polisi

  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Kontak
  • Pedoman Media Siber
  • Index
  • Disclaimer

© 2025 Mimoza TV - PT. Mimoza Multimedia Agus Salim St. 67 Gorontalo

Welcome Back!

Sign In with Facebook
Sign In with Google
OR

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
  • Login
  • Index Berita
  • Kabar Daerah
    • Provinsi Gorontalo
    • Kota Gorontalo
    • Kabupaten Gorontalo
    • Bone Bolango
    • Boalemo
    • Pohuwato
    • Gorontalo Utara
  • Peristiwa
    • Nasional
    • Internasional
  • Cek Fakta
  • Ekonomi
  • Politik
    • Partai
  • Hukum & Kriminal
  • Opini
  • Sosial Budaya
    • Gaya Hidup
    • Hiburan
    • Kabar Kampus
    • Kesehatan
    • Kuliner
    • Lingkungan
    • Musik
    • Olahraga
    • Pariwisata
    • Pendidikan
    • Sekitar Kita
    • Unik
No Result
View All Result

© 2025 Mimoza TV - PT. Mimoza Multimedia Agus Salim St. 67 Gorontalo

Go to mobile version