Senin, Juni 2, 2025
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Kontak
  • Pedoman Media Siber
  • Index
  • Disclaimer
Tech News, Magazine & Review WordPress Theme 2017
  • Kabar Daerah
    • Provinsi Gorontalo
    • Kota Gorontalo
    • Kabupaten Gorontalo
    • Bone Bolango
    • Boalemo
    • Pohuwato
    • Gorontalo Utara
  • Peristiwa
    • Nasional
    • Internasional
  • Cek Fakta
  • Ekonomi
  • Politik
    • Partai
  • Hukum & Kriminal
    • KABAR BHABINKAMTIBMAS
    • KABAR MILITER
  • Opini
  • Sekitar Kita
    • Gaya Hidup
      • Olahraga
      • Musik
      • KABAR NYIUR MELAMBAI
    • Pendidikan
      • Kabar Kampus
    • Kesehatan
      • Kuliner
    • Lingkungan
      • Pariwisata
No Result
View All Result
Mimoza TV
  • Kabar Daerah
    • Provinsi Gorontalo
    • Kota Gorontalo
    • Kabupaten Gorontalo
    • Bone Bolango
    • Boalemo
    • Pohuwato
    • Gorontalo Utara
  • Peristiwa
    • Nasional
    • Internasional
  • Cek Fakta
  • Ekonomi
  • Politik
    • Partai
  • Hukum & Kriminal
    • KABAR BHABINKAMTIBMAS
    • KABAR MILITER
  • Opini
  • Sekitar Kita
    • Gaya Hidup
      • Olahraga
      • Musik
      • KABAR NYIUR MELAMBAI
    • Pendidikan
      • Kabar Kampus
    • Kesehatan
      • Kuliner
    • Lingkungan
      • Pariwisata
No Result
View All Result
Mimoza TV

Seberapa besar ancaman bahaya plastik di danau dan sungai?

by Lukman Polimengo
November 17, 2018
Reading Time: 3 mins read
149 2
A A
0
Share on FacebookShare on WhatsappShare On Twitter

Gorontalo, mimoza.tv – Pada 2016, sekelompok ilmuwan menyusuri tepian Danau Jenewa di Swiss. Perhatian mereka bukan tertuju pada flora atau fauna, melainkan pada sampah. Khususnya, sampah plastik.

Tidak sulit bagi mereka untuk mengumpulkan benda bekas pakai yang dibuang khalayak umum. Benda-benda ini mencakup tutup botol, korek kuping, pena, mainan, dan sedotan. Ada pula bongkahan styrofoam, yang pernah dipakai untuk melindungi barang pecah belah.

Mengumpulkan sampah ini bukanlah tujuan utama para ilmuwan ini, kata Montserrat Filella dari University of Geneva.

Baca juga

Soal kebersihan Kota Gorontalo, Junaidi “Tujuan Kita Bukan Hanya Adipura saja”

Dyah Roro Dorong Pemerintah Serius Tangani Sampah Plastik

Sejatinya mereka ingin meninjau apakah zat-zat kimia yang dilepaskan plastik-plastik di danau dapat dikategorikan sebagai membahayakan.

Sebagaimana diistilahkan PBB, bumi sedang menghadapi “krisis berskala planet” yang menghancurkan ekosistem kita. Meskipun sudah ada kesadaran akan bahayanya, polusi plastik sudah telanjur di mana-mana.

Potensi solusinya memang sudah bermunculan, semisal enzim pemakan plastik yang suatu hari mungkin membantu umat manusia memangkas jumlah sampah, tidak ada jaminan bahwa semua itu bisa menangani jutaan ton sampah yang sudah beredar di alam.

Dari semua jenis polusi plastik, polusi plastik yang mencemari lautan lebih banyak dikaji dan coba dipahami ketimbang limbah di air tawar.

“Sistem air tawar semakin banyak dipelajari, namun skalanya jauh lebih kecil dibanding kajian polusi plastik di lautan,” ujar Filella.

Hal ini mungkin terjadi karena kajian awal berfokus pada lautan—sehingga proposal riset dan dana riset sekadar mengikuti.

Tidak perlu waktu lama bagi tim ilmuwan Jenewa untuk menemukan yang mereka cari. Filella dan para koleganya mengumpulkan 3.000 sampel dan menganalisa 670 di antaranya. Hasilnya cukup mengkhawatirkan.

Sebagian besar dari sampel-sampel ini mengandung elemen beracun serta berbahaya, termasuk cadmium, merkuri, dan timbal. Beberapa elemen kini dilarang atau dibatasi peredarannya.

Jenis plastik yang ditemukan sama persis dengan plastik yang hanyut di banyak pesisir. Namun, ada satu perbedaan signifikan.

Filella menegaskan, elemen berbahaya pada plastik-plastik yang ditemukan tim peneliti di Danau Jenewa “tampak jauh lebih banyak” ketimbang elemen pada sampel plastik di lautan.

Beragam studi menunjukkan bahwa penyu laut secara rutin mati ketika bongkahan plastik memblokir saluran pencernaan mereka. Plastik juga bisa merusak lambung, menghalangi saluran pencernaan, dan menyebabkan spesies mati terjerat.

Mikroplastik, khususnya, diam-diam mematikan sebagaimana disoroti dalam sebuah kajian di tahun 2015. Partikel pada mikroplastik seringkali berukuran 5 milimeter atau bahkan lebih kecil.

Benda ini umumnya ditemukan di danau dan dasar sungai dan satwa bisa mengiranya sebagai makanan. Sebagian mikroplastik berasal dari serat plastik pakaian manusia, sebagian lain dari produk kosmetik yang mengandung bulir mikro. Sebuah studi bahkan menemukan mikroplastik dalam air minum.

Akan tetapi “luasan dan relevansi dampaknya terhadap kehidupan air” belum dipahami secara dalam, seperti diungkap kajian pada 2015 tersebut. Apalagi, dampaknya terhadap kesehatan manusia. Hal ini, menurut para para peneliti penyusun kajian itu, “merisaukan”.

Ketua tim peneliti, Dafne Eerkes-Medrano, menjelaskan bahwa ketika mereka mencari polusi plastik di air tawar, jumlahnya sangat banyak. Hal ini mereka temukan bahkan di Danau Hovsgol, Mongolia, yang terpencil.

Sampel di danau tersebut menunjukkan jumlah mikroplastik mencapai 44.435 butir per kilometer persegi—hampir sama banyaknya dengan mikroplastik di Danau Jenewa yang mencapai 48.146 butir per kilometer persegi. Sebuah analisis mengungkap bahwa mikroplastik di danau tersebut terbawa oleh angin dari bagian danau yang didiami manusia.

Tidak ada solusi tunggal atas permasalahan plastik kita, mengingat produk plastik yang kita gunakan sehari-hari sedemikian banyak. Inilah sebabnya Wagner mendorong kita semua “kembali ke akar permasalahan”, berpikir lagi mengenai bagaimana kita bisa mengurangi konsumsi plastik mulai dari kemasan makanan hingga gelas minuman.

“Kita harus meninggalkan logika memproduksi, menggunakan, dan membuang. Kita justru harus mencoba menciptakan sistem ekonomi yang membuat semua produk bisa dipakai kembali,” katanya.

Mengurangi penggunaan plastik boleh jadi akan mengurangi limbah yang hanyut di pesisir dan kita bisa saja berargumen bahwa plastik yang kita gunakan zaman sekarang kurang berbahaya ketimbang produk plastik di masa lalu.

Namun, sebagaimana ditunjukkan dalam kajian pada plastik di Danau Jenewa, plastik-plastik di dasar sungai pun masih akan merilis elemen beracun selama berpuluh tahun mendatang.

 

Tags: sampah plastik

Berita Terkait

Soal kebersihan Kota Gorontalo, Junaidi “Tujuan Kita Bukan Hanya Adipura saja”

Oktober 30, 2019
Sampah plastik di salah satu saluran air di Kota Gorontalo. Foto: Lukman polimengo.

Dyah Roro Dorong Pemerintah Serius Tangani Sampah Plastik

Oktober 25, 2019
Aneka sampah di Tempat Pelelangan Ikan Kota Gorontalo. Foto: Lukman Polimengo.

Anak Muda ‘Zaman Now’ Sayang Bumi: Mulai Minimalkan Penggunaan Plastik

Januari 2, 2019

FOTO: Sampah Dan Ancaman Bagi Lingkungan

Siswa Paud Hingga SD Tolak Buang Sampah Sembarangan Lewat Lomba

Ayo Minimalisir Penggunaan Plastik

  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Kontak
  • Pedoman Media Siber
  • Index
  • Disclaimer

© 2025 Mimoza TV - PT. Mimoza Multimedia Agus Salim St. 67 Gorontalo

Welcome Back!

Sign In with Facebook
Sign In with Google
OR

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
  • Login
  • Index Berita
  • Kabar Daerah
    • Provinsi Gorontalo
    • Kota Gorontalo
    • Kabupaten Gorontalo
    • Bone Bolango
    • Boalemo
    • Pohuwato
    • Gorontalo Utara
  • Peristiwa
    • Nasional
    • Internasional
  • Cek Fakta
  • Ekonomi
  • Politik
    • Partai
  • Hukum & Kriminal
  • Opini
  • Sosial Budaya
    • Gaya Hidup
    • Hiburan
    • Kabar Kampus
    • Kesehatan
    • Kuliner
    • Lingkungan
    • Musik
    • Olahraga
    • Pariwisata
    • Pendidikan
    • Sekitar Kita
    • Unik
No Result
View All Result

© 2025 Mimoza TV - PT. Mimoza Multimedia Agus Salim St. 67 Gorontalo

Go to mobile version