Rabu, Mei 21, 2025
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Kontak
  • Pedoman Media Siber
  • Index
  • Disclaimer
Tech News, Magazine & Review WordPress Theme 2017
  • Kabar Daerah
    • Provinsi Gorontalo
    • Kota Gorontalo
    • Kabupaten Gorontalo
    • Bone Bolango
    • Boalemo
    • Pohuwato
    • Gorontalo Utara
  • Peristiwa
    • Nasional
    • Internasional
  • Cek Fakta
  • Ekonomi
  • Politik
    • Partai
  • Hukum & Kriminal
    • KABAR BHABINKAMTIBMAS
    • KABAR MILITER
  • Opini
  • Sekitar Kita
    • Gaya Hidup
      • Olahraga
      • Musik
      • KABAR NYIUR MELAMBAI
    • Pendidikan
      • Kabar Kampus
    • Kesehatan
      • Kuliner
    • Lingkungan
      • Pariwisata
No Result
View All Result
Mimoza TV
  • Kabar Daerah
    • Provinsi Gorontalo
    • Kota Gorontalo
    • Kabupaten Gorontalo
    • Bone Bolango
    • Boalemo
    • Pohuwato
    • Gorontalo Utara
  • Peristiwa
    • Nasional
    • Internasional
  • Cek Fakta
  • Ekonomi
  • Politik
    • Partai
  • Hukum & Kriminal
    • KABAR BHABINKAMTIBMAS
    • KABAR MILITER
  • Opini
  • Sekitar Kita
    • Gaya Hidup
      • Olahraga
      • Musik
      • KABAR NYIUR MELAMBAI
    • Pendidikan
      • Kabar Kampus
    • Kesehatan
      • Kuliner
    • Lingkungan
      • Pariwisata
No Result
View All Result
Mimoza TV

‘Swasembada Pangan Kau Kejar, Banjir Impor Ku Dapat’

by Lukman Polimengo
Februari 16, 2019
Reading Time: 4 mins read
130 1
A A
0
Kebijakan impor beras oleh Perum Bulog mengundang pertanyaan besar, karena kebijakan itu ditempuh pada saat terjadi surplus beras.

Kebijakan impor beras oleh Perum Bulog mengundang pertanyaan besar, karena kebijakan itu ditempuh pada saat terjadi surplus beras.

Share on FacebookShare on WhatsappShare On Twitter

Kedaulatan pangan menjadi satu dari sembilan program prioritas Pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi)yang tertuang dalam Nawacita. Pada awal kepemimpinannya, ia menargetkan kedaulatan pangan lewat swasembada bisa terlaksana dalam tiga tahun.
Jauh panggang dari api. Alih-alih swasembada pangan, komoditas pangan impor malah membanjiri Indonesia. Beras, misalnya. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), tahun 2014, impor beras tembus 844 ribu ton. Setahun setelah pemerintahan berjalan, impor beras naik tipis 861 ribu ton. 

Kemudian, pemerintah kembali mengimpor beras sebanyak 1,28 juta ton pada 2016, dan sempat turun menjadi hanya 305 ribu ton pada 2017. Tahun lalu, impor beras kembali meroket hampir mencapai tujuh kali lipat tahun sebelumnya menjadi 2,25 juta ton. 

Namun, jangan pikir impor beras tersebut berjalan mulus. Kebijakan impor ini pun sempat menjadi polemik. Silang pendapat terjadi antar pembantu Jokowi. Kementerian Pertanian, misalnya, kekeh dengan kondisi surplus beras sebanyak 12,61 juta ton pada 2018. Meski, kenyataannya, harga beras terus menanjak, baik di tingkat grosir maupun eceran. 
Kondisi ini membuat Kementerian Perdagangan (Kemendag) yang bertanggung jawab langsung atas stabilitas harga mulai gerah. Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita menilai perlu tambahan impor beras guna menstabilkan harga. Kisruh ini ikut menyeret Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso atau akrab disapa Buwas. 

Buwas yang baru menjabat sebagai Dirut Perum Bulog pada April 2018 tersebut bersikeras bahwa gudang Perum Bulog sudah dipenuhi oleh cadangan beras yang mencapai 2,4 juta ton. Jumlah tersebut belum termasuk beras impor yang masuk pada Oktober 2018 sebesar 400 ribu ton, sehingga total stok beras di gudang Bulog menjadi 2,8 juta ton.

“Itu di gudang Menteri Perdagangan. Sudah komitmen kan, kantornya siap dijadikan gudang ya sudah,” ucap Buwas pada Oktober lalu. 
Seteru itu mengharuskan Wakil Presiden Jusuf Kalla turun tangan. Pada Oktober 2018, pemerintah akhirnya mengumumkan pemuktahiran data produksi beras nasional melalui metode Kerangka Sampel Area (KSA) yang dikembangkan bersama Badan Pengkajian dan Pengembangan Teknologi (BPPT). 
Caranya, dengan pemindaian satelit dari Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) untuk kemudian diolah Badan Informasi Geospasial (BIG). 
Hasilnya, terdapat perbedaan sangat kentara antara data BPS dengan Kementan. Data BPS menyebut produksi beras nasional hingga akhir tahun lalu cuma 32,42 juta ton, jauh dari prediksi Kementan yang sebanyak 46,5 juta ton. 
Selain perbedaan produksi, data konsumsi beras yang diungkap dua lembaga itu juga terpaut jauh. Data BPS melansir konsumsi beras mencapai 29,5 juta ton. Sedangkan, Kementan menyebut konsumsi beras sebanyak 33,89 juta ton. 
Walhasil, surplusnya pun berbeda. Versi BPS, surplus hanya 2,85 juta ton, sedangkan Kementan memproyeksi surplus mencapai 12,61 juta ton. “Angka produksi beras sejak 1997 sampai dengan sekarang itu terjadi produksi yang bertambah terus. Padahal, lahan (tanam) sawah berkurang 1,5 persen per tahun dan penduduk bertambah,” ujar Jusuf Kalla saat itu. 
Komoditas lain yang juga diimpor, yaitu gula. Impor gula dilakukan setiap tahun, diikuti dengan penambahan jumlah impor gula. Tahun 2014, impor gula tercatat 2,96 juta ton. Sementara, akhir tahun lalu, angkanya sudah mencapai 5,02 juta ton. 
Impor gula ini pun tak terbebas dari kritik. Apalagi, Gula Kristal Rafinasi (GKR) bocor ke pasar, sehingga berakibat pada produksi petani yang tak terserap sempurna.

Selain itu, komoditas garam industri juga diimpor setiap tahun. Tahun 2014 impor garam terpantau sebesar 2,26 juta ton. Sempat ditekan pada 2015 menjadi 1,86 juta ton. Namun, kembali melonjak pada 2016 menjadi 2,14 juta ton. Impor garam kembali bertambah menjadi 2,55 juta ton pada 2017 dan sebesar 2,83 juta ton pada 2018. 

Baca juga

Jelang Lengser Dari Kursi Presiden, Jokowi Minta Maaf

Kalah Debat Dengan Rocky Gerung, Pendukung Jokowi Naik Pitam

Kurang Koordinasi
Koordinator Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan Pangan (KRKP) Said Abdullah menuturkan kurangnya koordinasi antara Kementerian dan Lembaga (K/L) adalah pangkal gagalnya swasembada pangan. Rendahnya koordinasi tersebut terlihat pada permasalahan impor beras. 
Said menilai jika antar K/L terkait memiliki integrasi kuat, maka ada peluang untuk memangkas impor komoditas pangan. 
“Sepertinya ego sektoral masih sangat kuat. Menurut saya, kalau kita punya cita-cita daulat pangan dan mengurangi impor, seharusnya menjadi satu langkah antar kementerian, sehingga tidak lagi saling menisbikan yang lain,” katanya, seperti dilansir dari CNNIndonesia.com.

Minimnya koordinasi tersebut, lanjut Said, juga dipicu perbedaan data bahan pangan antar K/L. Dari data yang salah, lahirlah kebijakan tak tepat sasaran. Oleh karena itu, Said sangat mendukung langkah pemerintah untuk membenahi data pangan sekaligus menjadikannya satu pintu di BPS, layaknya data beras.

“Salah satu terobosan yang perlu kita pikirkan adalah sinkronisasi data oleh BPS. Sebab, menjadi aneh ketika ada klaim produksi naik, tetapi pada saat yang sama impor dilakukan,” imbuh dia.

Pengamat pertanian dan pangan yang juga anggota Pokja Dewan Ketahanan Pangan Khudori menuturkan kondisi geografis Indonesia, di mana daratannya sebagian besar hutan menjadi tantangan untuk mewujudkan swasembada pangan. 
Ia mengungkapkan hanya sekitar 23-24 juta hektare (ha) lahan yang bisa ditanami komoditas pangan. Oleh sebab itu, komoditas yang dipilih sebagai target swasembada pangan seharusnya dipilih secara prioritas. 
“Dengan kondisi seperti itu pemerintah harus pintar dan selektif betul mana yang jadi prioritas. Jadi, tidak seperti saat ini, pemerintah pusat tidak perlu menetapkan banyak prioritas nasional,” paparnya. 
Dengan keterbatasan lahan tersebut pemerintah hendaknya mengembangkan terobosan teknologi. Namun, Presiden Jokowi tidak banyak melakukan terobosan teknologi pertanian. 
Tidak kalah penting, kata Khudori, swasembada pangan hendaknya ditujukan untuk kesejahteraan petani. Sebab, petani adalah penggerak kedaulatan pangan. Ambil contoh, petani tebu yang merugi selama tiga tahun lantaran pemerintah tak juga mengevaluasi harga biaya pokok produksi (BPP) gula. 
Kepala negara baru menyatakan bakal mengevaluasi harga tersebut belum lama ini ketika bertemu langsung dengan petani tebu. Padahal, mereka sudah harus menanggung kerugian selama tiga tahun terakhir. 
“Kalau mereka terus rugi mereka akan beralih kepada tanaman lain. Kalau mereka mengganti tanaman yang diproduksi, maka terjadi penurunan pada salah satu komoditas pangan,” terang dia. 
Ia juga menekankan agar pemerintah kembali menyusun tata kelola impor. Menurutnya, impor hendaknya didasarkan pada kebutuhan riil, terutama pada empat komoditas pangan strategis, yaitu gula, garam, beras, dan daging.

Memang, saat ini keputusan impor telah melalui persetujuan rapat koordinasi untuk mengantongi persetujuan kementerian teknis. Namun, setelah izin impor dikantongi, sebaiknya masuknya barang impor juga tepat waktu.

“Kecenderungan dalam empat tahun terakhir impor tidak terkendali malah cenderung obral impor. Jadi impor sepertinya semaunya, sehingga dampaknya keempat komoditas ini kan diusahakan petani domestik jadi yang terpukul adalah petani dalam negeri,” tukas Khudori.*

Berita ini sudah tayang di cnnindonesia.com

Tags: Beras ImporBULOGDebat Capresimpor berasJOKOWI

Berita Terkait

Tangkapan layar video di kanal YouTube Official INews, Presiden RI, Joko Widodo menyampaikan permintaan maaf.

Jelang Lengser Dari Kursi Presiden, Jokowi Minta Maaf

Oktober 3, 2024
Tangkapan layar momen Rocky Gerung terlibat debat dengan Silfester Matutina.

Kalah Debat Dengan Rocky Gerung, Pendukung Jokowi Naik Pitam

September 4, 2024

Sederet Kontroversi Jokowi: Dua Periode Jadi Presiden RI

Agustus 22, 2024

Sesat, Capres Prabowo Sebut Masalah di Papua Lantaran Gerakan Separatisme dan Campur Tangan Asing

AMSI Cek 41 Klaim Para Kandidat Di Debat Capres

Anies Sebut Pendukung Prabowo Yang Tewas Tak Ada Kejelasan

  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Kontak
  • Pedoman Media Siber
  • Index
  • Disclaimer

© 2025 Mimoza TV - PT. Mimoza Multimedia Agus Salim St. 67 Gorontalo

Welcome Back!

Sign In with Facebook
Sign In with Google
OR

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
  • Login
  • Index Berita
  • Kabar Daerah
    • Provinsi Gorontalo
    • Kota Gorontalo
    • Kabupaten Gorontalo
    • Bone Bolango
    • Boalemo
    • Pohuwato
    • Gorontalo Utara
  • Peristiwa
    • Nasional
    • Internasional
  • Cek Fakta
  • Ekonomi
  • Politik
    • Partai
  • Hukum & Kriminal
  • Opini
  • Sosial Budaya
    • Gaya Hidup
    • Hiburan
    • Kabar Kampus
    • Kesehatan
    • Kuliner
    • Lingkungan
    • Musik
    • Olahraga
    • Pariwisata
    • Pendidikan
    • Sekitar Kita
    • Unik
No Result
View All Result

© 2025 Mimoza TV - PT. Mimoza Multimedia Agus Salim St. 67 Gorontalo

Go to mobile version