Gorontalo, mimoza.tv – Kota Gorontalo tengah menghadapi krisis sampah yang kian mengkhawatirkan. Data terbaru dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) mencatat bahwa produksi sampah harian meningkat dari 140 ton pada akhir 2024 menjadi 170–180 ton per hari pada awal 2025 . Lonjakan ini didominasi oleh sampah rumah tangga, yang menyumbang sekitar 37% dari total timbulan.
Sayangnya, infrastruktur pengelolaan sampah belum mampu mengimbangi peningkatan ini. DLH Kota Gorontalo hanya memiliki 20 armada dump truck dan 45 kontainer arm roll, banyak di antaranya sudah tua dan sering mengalami kerusakan . Kondisi ini menyebabkan penumpukan sampah di berbagai titik kota, termasuk di trotoar dan selokan.
Namun, menyalahkan pemerintah semata tidaklah adil. Kesadaran masyarakat dalam mengelola sampah juga masih rendah. Sebagian besar warga belum terbiasa memilah sampah, dan banyak yang masih membuangnya sembarangan. Dari 10 Tempat Pengolahan Sampah Reduce, Reuse, Recycle (TPS 3R) yang dibangun, hanya dua yang berfungsi optimal, sementara sisanya tidak aktif karena keterbatasan anggaran dan dukungan.
Permasalahan ini mencerminkan bahwa pengelolaan sampah bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi juga masyarakat. Pemerintah perlu mengambil langkah strategis, seperti memperbarui armada pengangkut sampah, meningkatkan jumlah TPS 3R, dan mengedukasi masyarakat tentang pentingnya pengelolaan sampah yang baik. Sementara itu, masyarakat harus mulai berperan aktif dengan memilah sampah, mengurangi penggunaan plastik, dan memanfaatkan fasilitas pengelolaan sampah yang ada.
Krisis sampah di Kota Gorontalo adalah peringatan bahwa tanpa kolaborasi antara pemerintah dan masyarakat, permasalahan ini akan semakin memburuk. Sudah saatnya kita semua mengambil bagian dalam menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan kota tercinta.
Penulis : Lukman.