Gorontalo, mimoza.tv – Diraihnya gelar Doktor Covid -19 dengan predikat Cum Laude oleh Dr. Funco Tanipu ST., MA menjadi kebanggaan tersendiri bagi dunia pendidikan perguruan tinggi di Gorontalo, terlebih di Universitas Negeri Gorontalo (UNG). Apresiasi pun datang dari orang nomor satu di UNG, Dr. Ir. Eduart Wolok, ST., MT.
Dalam rilis tertulisnya kepada media ini Eduart menyampaikan, Funco Tanipu berhasil mempertahankan disertasinya yang berjudul Analisis Penyebaran Covid-19 Dengan Pendekatan Sosio-Kultural Masyarakat Gorontalo, yang digelar di Universitas Hasanuddin Makassar pada Selasa (23/8/2022), dengan Indeks Prestasi Kumulatif 4.0. Dengan demikian kata Eduart, Fakultas Ilmu Sosial UNG kembali diperkuat oleh dosen bergelar doktor, dan akan memperkuat sumber daya manusia yang ada di UNG.
“Kami berharap dengan diraihnya gelar doktor tersebut dapat menjadi energi dan motivasi untuk meningkatkan kualitas tri dharma perguruan tinggi di Universitas Negeri Gorontalo,” tuturnya.
Lebih lanjut Eduart mengatakan, topik diangkat oleh Dr. Funco Tanipu, MA sangat penting bagi mitigasi pandemi yang bisa saja terjadi di masa depan. Apalagi model Pandemic Governance yang menggunakan pendekatan sosial-budaya adalah model baru dalam menanggulangi pandemi dalam perspektif non-medis.
“Selama ini pendekatan umum adalah medis. Padahal sangat penting bagi dunia untuk menyusun model mitigasi dengan pendekatan non-medis yakni perspektif sosial-budaya,” tutup Eduart.
Dalam catatan redaksi, tulisan Funco soal Covid-19 itu sudah ada sebelum pandemik tersebut mewabah di Gorontalo. Catatan tersebut bisa dilihat dalam artikelnya berjudul ‘Corona; Sebuah Refleksi’ yang tayang Februari 2020 dan ‘Apakah Sosial Distancing Efektif di Gorontalo?’ yang tayang pada Maret 2020.
Mengutip artikel itu Funco menulis, narasi social distancing hingga #dirumahaja, pada beberapa daerah yang semangat guyubnya tinggi seperti Gorontalo, akan mengalami hambatan yang cukup pelik.
Demikian juga kala pasien pertama Covid-19 di Gorontalo, yang ia tuangkan dalam artikel berjudul ‘Memahani ‘Nalar Sakit’ Pasien 01 Gorontalo’ yang tayang pada 10 April 2022.
Dalam artikel itu Funco menulis bahwa, Pemahaman orang Gorontalo mengenai sakit itu “sangat kuat” dan berlapis-lapis. Demam dianggap mobuwangohu, disertai batuk (tembedu), kurang enak badan (polipitolo). Gejala yang ada pada Covid-19 dianggap gejala sakit ringan di Gorontalo. Jalan keluarnya beli obat di warung, kalau agak parah baru ke Puskes, kalau “mahepo tameya liyo” (aktifitas harus dibantu orang lain) baru ke Dokter Praktek. Kalau “madidu mowali mobongu” (sudah tidak bisa bangun lagi), maka baru akan dibawa ke rumah sakit, itupun jika dihitung secara ekonomi mampu. Jika tidak mampu secara ekonomi, maka “mahe pongadiya liyo” (mulai dibacakan Al Qur’an oleh keluarga).
Bahkan artikel-artikel lainnya soal Covid-19 tersebut diantaranya; Jika PSBB Gorontalo Gagal, Skenario 280 Hari PSBB, juga dalam artikel berita yang berjudul ‘Jika Prasyarat New Normal Tidak Baik Dan Tidak Siap, Funco: Jadi New Beginning Bencana Covid Lebih Besar’.
“Banyak selamat pak Doktor Covid-19. Barakallah,”
Pewarta : Lukman.