Gorontalo, mimoza.tv – Lebih dari sembilan tahun silam, mendiang Prof.Dr. Mansoer Pateda (1940 – 04 Sept. 2010), Pakar Linguistik Universitas Gorontalo (UNG) pernah mengungkapkan, bahwa penggunaan bahasa daerah Gorontalo mulai langka. Hal ini dikarenakan semakin jarang penduduk lokal yang menggunakannya. Di kalangan anak jaman now, bahasa daerah tidak lagi akrab digunakan, begitu kata mendiang Prof Mansoer.
Almarhun Prof Mansoer juga mengungkapkan, bahasa daerah ini sudah jarang digunakan masyarakat dalam berinteraksi. Kalauoun ada, penggunaan acap kali tidak tepat. Akibatnya, Bahasa Gorontalo banyak mengalami perubahan kosa kata baru.
Berangkat dari ungkapan sang profesor itulah barangkali yang melatarbelakangi Husni Mohi atau yang akrab disapa Aba Dinggo, bersama tim kreatif Mimoza tv membuat program tv berjudul ‘Mohungguli’ (bahasa indonesia: bercerita) yang hari ini genap berusia dua tahun.
Sebuah program lawakan tv yang sering mengangkat cerita sosial kemasyarakatan, mengundang tokoh-tokoh masyarakat, narasumber yang menginspirasi, serta 95 persen menggunakan bahasa daerah Gorontalo.
Suatu waktu Aba Dinggo pernah bercerita. Dia tak ingin Mohungguli itu tak sekedar mengisi jam tayang di televisi. Akan tetapi mohungguli ini menjadi pemicu bagi masyarakat, terutama anak muda Gorontalo dimana saja, untuk lebih mencintai dan menggunakan bahasa daerahnya sendiri.
Benar program acara itu adalah lawakan. Namun esensinya adalah menjaga kearifan lokal, bahasa daerah itu terus berkumandang, masyarakat, terutama anak muda jaman now sebagai generasi penerus makin banyak yang menggunakannya.
Hari ini, Selasa (26/3/2019), Di usia yang masih muda, semoga program lawakan Mohungguli dapat menjadi inspirasi dan motifasi bagi masyarakat untuk mencintai bahasanya sendiri. Senantiasa menghadirkan tokoh dan narasumber yang tak sekedar menghibur, namun juga bisa berbagi ilmu, pengalaman dan hal-hal yang bermanfaat, menjadi lentera pengetahuan bagi orang banyak.
Kita semua berharap, apa yang dulu dikatakan oleh Prof Mansoer tidak akan terjadi. Bahasa Gorontalo kita tetap ada, tetap lestari hingga ke anak cucu kita nanti.
Dulotawunu Mohungguli… Koren.