Gorontalo, mimoza.tv – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sempat tertekan usai pengumuman reshuffle Kabinet Merah Putih oleh Presiden Prabowo Subianto, Senin (8/9/2025). Salah satu sorotan utama adalah digantinya Sri Mulyani dari posisi Menteri Keuangan, yang memicu aksi jual besar-besaran di pasar.
IHSG ditutup melemah 100 poin ke level 7.766, setelah sebelumnya sempat bertahan di zona positif. Sektor keuangan, khususnya big banks, menjadi pemberat utama laju indeks.
Menanggapi kondisi ini, ekonom Gorontalo sekaligus dosen Universitas Negeri Gorontalo (UNG), Bobby Rantow Payu, menilai pelemahan IHSG masih berada dalam batas yang wajar.
“Kalau buat saya koreksinya masih wajar. Secara teknikal IHSG masih di atas support setelah rally dan tembus all time high di bulan Agustus kemarin. Jadi tanpa ada reshuffle kabinet pun, koreksi memang sudah semestinya terjadi,” ujar Bobby kepada mimoza.tv, Selasa (9/9/2025).
Menurut Bobby, reshuffle hanya menjadi momentum yang mempercepat koreksi pasar. Ia menyebut pergantian Menteri Keuangan menimbulkan kekhawatiran karena figur yang baru belum dikenal investor, sehingga memicu sikap wait and see.
“Reshuffle mempercepat koreksi karena sosok Menkeu yang baru belum dikenal mayoritas investor. Ada kekhawatiran kebijakan yang akan diambil tidak pro pasar. Itu yang membuat banyak pelaku pasar memilih exit dulu,” jelasnya.
Namun, di sisi lain, koreksi ini justru membuka peluang bagi investor dengan strategi fundamental. Bobby menilai kondisi saat ini bisa dimanfaatkan untuk mengoleksi saham-saham berfundamental baik yang harganya sedang terkoreksi.
“Momentum koreksi pasar ini banyak dinanti oleh pelaku pasar yang fundamentalis. Karena dengan koreksi, saham-saham bagus yang sudah merilis laporan keuangan semester I menjadi lebih menarik atau diskon,” terangnya.
Bobby memastikan efek pelemahan IHSG ini bersifat sementara dan pasar akan kembali stabil setelah arah kebijakan fiskal dari Menkeu baru lebih jelas.
Penulis: Lukman.