Gorontalo, mimoza.tv – Mendengar nama Ishak Liputo sudah tidak asing lagi dalam dunia politik, khususnya di Provinsi Gorontalo. Sosok yang memulai karir politiknya sekitar tahun 1987 ini sudah malang melintang di beberapa partai besar, hingga akhirnya saat ini berlabuh di Partai Nasdem.
Lalu seperti apa dunia politik yang digeluti Ishak, berikut nukilannya.
Ishak Liputo sendiri merupakan kader Partai Golkar, dimana kehadirannya di partai berlambang pohon beringin itu merupakan besutan dari Surya Paloh, yang kala itu memulai karir di Golkar juga selaku Ketua AMPI.
Pasca kepemimpinan Jusuf Kalla sebagai Ketum Golkar, Surya Paloh maju sebagai kandidat Ketum partai, yang pada akhirnya dimenangkan oleh Aburizal Bakrie.
“Ketika itu saya berada di kubunya Pak Surya. Karena semenjak beliau (baca : Surya Paloh) sebagai pembina partai, saya adalah simpatisannya. Perjuangan beliau sebagai pembina itu juga sangat identik dengan perjuangan politik saya,” ucap Ishak dalam wawancara, Sabtu (22/7/2023).
Lanjt sosok yang pernah menjabat sebagai Wakil Ketua SOKSI Provinsi Sulawesi Utara tahun 1987 ini, saat kandas jadi Ketum Golkar, Surya Paloh kemudian mendirikan organisasi masyarakat (Ormas) Nasdem, yang menjadi cikal bakal partai. Ketika itu Ishak masih berada di Fraksi Golkar.
“Oleh Pak Surya Paloh saya ditunjuk sebagai anggota Tim 9, pendiri Ormas Nasdem. Hingga akhirnya dalam perjalanan saya mendapat peringatan dari Sekjen Partai Golkar, Pak Idrus Marham. Bahkan Sekjen memberi peringatan keras kepada saya, mau pilih Golkar atau Nasdem,” ujar Ishak.
Meski memilih untuk tetap di Golkar, kata Ishak pilihan itu membuatnya di PAW dan bahkan di pecat dari Golkar. Pasca di depak dari Golkar, Ishak pun menempuh perjalanan politiknya lewat jalun independen.
Ketika proses pembentukan dari Ormas menjadi Partai Nasdem, nama Ishak kebali diajak oleh beberapa pengurus untuk bergabung.
Namun bukannya bergabung, Wakil Ketua KNPI Kab. Gorontalo tahun 1988 ini malah tetap di jalun Independen, hingga suatu waktu Ishak diajak Tonny Yunus di PDIP.
Dalam perjalanannya di partai berlambang banteng itu Ishak mengaku pernah diajak oleh Olly Dondokambey sebagai pengurus partai.
“Ketika itu saya mendukung Adhan Dambea menjadi Ketua DPW PDIP Provinsi Gorontalo menggantikan pak Tonny Yunus. Karena mendapat dukungan dari pengurus partai di kabupaten dan kecamatan, maka saya bawa pak Adhan ke Olly Dondokambey,” ucap Ishak.
Minat PDIP untuk menggaet Ishak rupanya berlanjut. Bahkan saat menjadi calon DPD RI, Tjahjo Kumolo sendiri mengakui hasil perolehan suara Ishak yang melampaui 40 ribu, meskipun tidak duduk sebagai Anggota DPD. Bahkan almarhum, mantan Menpan RB itu meminta Olly Dondokambey untuk menjadikan Ishak sebagai pengurus PDIP.
Ketika musyawarah pemilihan pengurus PDIP tiga daerah masing-masing Gorontalo, Maluku, dan Manado, mekanisme saat itu ada tiga nama yang dianggap VVIP. Ketiga nama dari Gorontalo itu masing-masing, Adhan Dambea, Suwandi Musa, dan Laode Lahmudin.
“Amplop istimewa ini dari ibu Megawati. Ketika amplop yang berisi tiga nama di buka, maka yang muncul Adhan Dambea di coret dan diganti bertuliskan Wartabone, Laode Lahmudin dan nama saya sendiri,” kata Ishak.
Oleh M. Sianipar yang ketika itu mewakili Megawati, Ishak bersama dua nama lainnya itu disampaikan untuk bermusyawarah menentukan siapa yang akan menjadi pimpinan partai di Gorontalo.
“Pak Laode memilih Kris Wartabone. Saya sebagai wakil ketua, dan Laode sendiri sekertaris. Saya katakan ke pak Laode dan pak Kris, saya tolak. Saya tidak pernah bermimpi untuk di minta di tulis oleh ibu Mega. Yang saya tau tiga nama lainnya ini mendapat dukungan dari DPC dan kecamatan. Tetapi karena nama saya tertulis disitu, jangan-jangan saya yang diminta oleh ibu Mega untuk memimpin PDIP di Gorontalo,” imbuhnya.
Singkat cerita, karena mekanisme yang dianggap aneh, dan pada akhirnya memilih Kris Wartabone, saat itu Ishak pun menyatakan mundur dari kader PDIP.
Mundur dari PDIP, langkah politik Ishak kemudian berlabuh di Partai Nasdem. Namum proses itu bukan semudah membalikkan telapak tangan. Ishak mengaku melakukan perenungan hati. Ia mengaku bahwa proses ke Nasdem itu lantaran melihat sosok Surya Paloh.
“Kalau saya diajak, maka saya lebih memilih melihat sosok pak Surya Paloh yang cukup lama melakukan besutan di Partai Golkar,” tutur Ishak.
Lanjut Ishak, apalagi orasi sosok panutannya itu dalam Apel Siaga Nasdem di Gelora Bung Karno belum lama ini.
“Beliau (baca : Surya Paloh) berdoa, Ya Allah, beri Partai Nasdem kesempatan untuk memimpin bangsa ini, untuk mengikis kedzaliman, dan membuat perubahan. Ya Allah, kutuklah saya jika bergeser dari apa yang saya ucapkan. Dan itulah yang menarik buat saya. Tidak dan belum pernah ada ketua Parpol yang bisa mengucapkan sumpah seperti itu. ” ujar Ishak.
Menurut Ketua AMPG Gorontalo tahun 2002 ini, sosok Surya Paloh yang berani bersumpah dihadapan ratusan ribu pasang mata itu menjadi contoh.
“Inilah teladan yang mengajak batin saya untuk bergabung bersama Nasdem. Berpolitik itu jangan hanya seperti pakaian yang bisa saja di ganti-ganti warnanya. Tetapi, apa dan bagaimana yang bisa kita lakukan,” ungkap Ishak.
Satu hal lagi yang membuat ia menambatkan hati di Partai Nasdem ini adalah sosok Rachmat Gobel. Bagi Ishak, Gorontalo sangat beruntung punya sosok Rachmat Gobel yang punya kepedulian tinggi.
“Cita-cita beliau seperti yang selama ini kita tau dan dengar bersama adalah bisa membangun dan mengabdi untuk Gorontalo. Impian beliau agar Gorontalo yang sama-sama kita cintai ini bisa keluar dari kemiskinan. Maka tidak salah saya mengajak seluruh masyarakat untuk memberikan dukungan dan kesempatan agar apa yang dicita-citakan pak Rachmat Gobel untuk Gorontalo ini benar-benar terwujud,” tutup Ishak.
Penulis : Lukman.