Rabu, April 14, 2021
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Kontak
  • Pedoman Media Siber
  • Index
27 °c
Gorontalo
25 ° Rab
25 ° Kam
25 ° Jum
25 ° Sab
  • Login
  • Register
Tech News, Magazine & Review WordPress Theme 2017
  • Kabar Daerah
    • Provinsi Gorontalo
    • Kota Gorontalo
    • Kabupaten Gorontalo
    • Bone Bolango
    • Boalemo
    • Pohuwato
    • Gorontalo Utara
  • Nasional
    • Peristiwa
  • Internasional
  • Ekonomi
  • Politik
    • Partai
    • Fokus Pilkada
    • DPRD
  • Hukum & Kriminal
    • KABAR BHABINKAMTIBMAS
    • KABAR MILITER
  • Opini
  • Sekitar Kita
    • Gaya Hidup
      • Olahraga
      • Musik
      • KABAR NYIUR MELAMBAI
    • Pendidikan
      • Kabar Kampus
    • Kesehatan
      • Kuliner
    • Lingkungan
      • Pariwisata
No Result
View All Result
Mimoza TV
  • Kabar Daerah
    • Provinsi Gorontalo
    • Kota Gorontalo
    • Kabupaten Gorontalo
    • Bone Bolango
    • Boalemo
    • Pohuwato
    • Gorontalo Utara
  • Nasional
    • Peristiwa
  • Internasional
  • Ekonomi
  • Politik
    • Partai
    • Fokus Pilkada
    • DPRD
  • Hukum & Kriminal
    • KABAR BHABINKAMTIBMAS
    • KABAR MILITER
  • Opini
  • Sekitar Kita
    • Gaya Hidup
      • Olahraga
      • Musik
      • KABAR NYIUR MELAMBAI
    • Pendidikan
      • Kabar Kampus
    • Kesehatan
      • Kuliner
    • Lingkungan
      • Pariwisata
No Result
View All Result
Mimoza TV

Jadilah Humanis Sebelum Jadi Jurnalis

by Lukman Polimengo
November 27, 2018
Reading Time: 6min read
103 5
0
Share on FacebookShare on WhatsappShare On Twitter

JURNALIS adalah profesi yang unik. Tak perlu sekolah khusus untuk bisa jadi seorang pewarta. Walaupun banyak jurnalis yang menempuh pendidikan formal dulu sebelum menyandang gelar wartawan. Namun lebih banyak yang jadi wartawan tanpa lulus pendidikan khusus jurnalistik. Ilmunya darimana? ya dari belajar otodidak, atau nekat saja jadi wartawan.

Saya salah satunya. Jangankan kuliah di jurusan jurnalistik, saya bahkan tidak pernah berkesempatan kuliah. Pendidikan formal tertinggi saya hanya SMA. Namun, saya telah berprofesi sebagai jurnalis setidaknya sepuluh tahun terakhir.

Dulu, buku adalah sumber utama saya belajar segala ikhwal jurnalistik. Diskusi bersama wartawan lainnya adalah cara untuk memperdalam mengenai jurnalisme dan praktik-praktiknya. Dalam beberapa tahun terakhir, mengikuti berbagai pelatihan adalah cara lain bagi saya untuk menambah pengetahuan dan kemampuan dalam bidang jurnalistik. Internet yang semakin mudah diakses, kini menjadi sarana alternatif bagi saya untuk terus belajar mengenai profesi ini. Tentu, proses belajar yang paling utama adalah praktik liputan.

Baca juga

Astaga, Pasca Menulis Laporan Korupsi Bansos, Jurnalis Tempo Alami Percobaan Peretasan

Angka Kekerasan Terhadap Wartawan di Indonesia Didominasi Oleh Kekerasan Fisik

Sejak dua hari lalu (Jumat, 26/10/2018), bersama 25 jurnalis yang terundang oleh DW Akademia, saya mengikuti pelatihan bagaimana meliput isu keberagaman. Bekerjasama dengan AJI Indonesia, DW Akademia menggelar pelatihan itu selama tiga hari di Manado, dengan tema utama, keimanan dan media, sebuah dialog antar agama bagi jurnalis Indonesia.

Kami para peserta mendapat materi yang sangat berguna, terutama bagaimana memahami konflik dan sumber pemicunya, lalu memposisikan sikap netral saat meliput tentang sebuah konflik. Tujuannya adalah memahami prinsip jurnalisme damai. Jurnalis harus mencegah dirinya memihak pada kelompok sesuai dengan orientasi ideologinya. Jurnalis dituntut berdiri di tengah-tengah, berimbang dalam laporannya.

Sebab, dalam banyak kasus liputan konflik, jurnalis sadar atau tidak, justru menjadi “provokator”, ikut memanas-manasi situasi. Menyiram bensin pada kelompok yang bertikai lewat tulisannya. Pemilihan frase, kalimat dan terminologi harus benar-benar dipahami dalam semangat peace journalism. Ini tidak mudah.

Sebab, dalam praktiknya kebijakan news room baru menurunkan jurnalis saat ekskalasi konflik sudah hampir mencapai puncaknya. Alasannya sederhana, mengejar perhatian pembaca. Dalam praktik media cyber saat ini, traffic adalah dewanya. Berita harus mampu memancing jutaan klik. Padahal, peace journalism mengajarkan jurnalis harus hadir saat konflik mulai terdeteksi. Liputan tak hanya melihat persoalan di permukaan, tetapi jurnalis dituntut mencari tahu akar persoalannya.

Ini tentu butuh keterampilan dan pengetahuan yang luas. Memahami konflik sampai ke akar-akarnya bukan pekerjaan mudah. Dibutuhkan kapasitas seorang jurnalis yang tak hanya sekedar tahu menulis talking news. Disamping itu, jurnalis yang meliput isu konflik juga harus didukung dengan resource yang mumpuni. Dia tak mesti bekerja sendiri. Menciptakan jejaring adalah hal yang perlu.

Pagar utama dalam liputan konflik yang berorientasi pada solusi dan semangat toleransi keberagaman tentu adalah kode etik jurnalis. Di Indonesia Dewan Pers telah menetapkan Kode Etik Jurnalistik Indonesia. AJI juga punya kode etik sendiri bahkan telah merumuskan kode perilaku. Ini adalah kitab sucinya jurnalis bukan saja pada liputan konflik dan keberagaman, tetapi dalam segala tema liputan.

Memahami kode etik adalah sebuah sikap rendah hati dari seorang jurnalis. Dia akan terhindar dari jumawa dan tahu diri bahwa dia bekerja demi kepentingan publik bukan untuk dirinya sendiri atau kelompoknya. Apapun yang dihadapi di lapangan saat liputan, semuanya harus diuji dengan kode etik itu.

Namun ada satu hal yang penting bagi seorang jurnalis saat terjebak dalam dilema, apakah sebuah berita patut ditayangkan atau tidak: hati nurani. Dia bisa bertanya pada nuraninya, apakah berita yang akan ditulisnya berguna bagi publik atau tidak.

Hati nurani akan menjadi benteng terakhir kala semua regulasi, pagar dan etika tidak bisa memberi jalan keluar. Jurnalis patut menguji hati nuraninya. Tentu hati nurani yang murni, yang tidak terdistorsi.

Mencapai titik itu tentu butuh pengalaman spritual, butuh hati yang bersih dalam menilai ketidakberpihakan komunal. Jurnalis memang tidak bisa independen sepenuhnya. Dia harus berpihak. Berpihak pada kebenaran dan kepentingan publik.

Berpihak pada kebenaran hanya bisa dicapai jika jurnalis memahami apa itu humanisme. Dilihat dari sisi doktrin, humanisme adalah doktrin universal yang cakupannya mencapai seluruh etnisitas manusia. Humanisme adalah jalan keluar saat berhadapan dengan sistem-sistem etika tradisional yang bersifat komunal.

Pemahaman terhadap paham humanisme semestinya menjadi landasan bagi jurnalis saat meliput isu keberagaman. Dengan memahami humanisme yang benar pada akhirnya akan menghasilkan reportase yang mendambakan dan memperjuangkan terwujudnya kehidupan yang lebih baik, berdasarkan asas perikemanusiaan dan pengabdian terhadap kepentingan sesama umat manusia.

Menjadi jurnalis itu gampang, tetapi menjadi humanis itu yang perlu pembelajaran terus menerus. (*)

Penulis adalah wartawan senior di Sulawesi Utara, pernah menjadi wartawan Kompas.com biro Sulawesi Utara, Pemimpin Redaksi di Zonautara.com, Ketua LPM F/21, serta penyuka fotografi.

Artikel ini sudah tayang di zonautara.com: https://zonautara.com/category/pojok-ronny/

Tags: AJIJurnaliskode etik jurnalisronny buol

Berita Terkait

Astaga, Pasca Menulis Laporan Korupsi Bansos, Jurnalis Tempo Alami Percobaan Peretasan

Astaga, Pasca Menulis Laporan Korupsi Bansos, Jurnalis Tempo Alami Percobaan Peretasan

Desember 26, 2020
Soal larangan Peliputan,  Syofiardi: Tidak Boleh Diskriminatif terhadap Media Manapun

Angka Kekerasan Terhadap Wartawan di Indonesia Didominasi Oleh Kekerasan Fisik

Februari 27, 2020

Soal larangan Peliputan, Syofiardi: Tidak Boleh Diskriminatif terhadap Media Manapun

Februari 24, 2020

AJI, IJTI, PWI dan LBH Pers Menilai Pemerintah Ingin Campur Tangan Lagi soal Pers

Februari 20, 2020

Tangkal Hoax, AMSI Gorontalo Ikut Pelatihan Cek Fakta

November 24, 2019

Gandeng AJI, Google News Latih 27 Jurnalis Gorontalo Jadi Detektif Digital

November 21, 2019
Next Post
Darwis Tandatangani MoU Pengembangan KPPN

Darwis Tandatangani MoU Pengembangan KPPN

Rekomendasi

Curhat Adhan Dambea Soal Mega Proyek GORR
Hukum & Kriminal

Soroti Kasus Perselingkuhan Kadis Kominfo, Adhan: Tidak Ada Tindakan Tegas Gubernur

by Lukman Polimengo
Maret 18, 2021
0

Gorontalo, mimoza.tv – Anggota DPRD Provinsi Gorontalo, Adhan Dambea, kembali memyoroti Pemerintah Provinsi dalam hal ini Gubernur Gorontalo, Rusli Habibie,...

Read more

Dorong Warga Binaan Jadi Produktif, Lapas Gorontalo Gelar Latihan Ketrampilan

Komisi I DPRD Provinsi Gorontalo Minta Gubernur Menonaktifkan Kadis Kominfo

Begini Penjelasan Danial Soal Danom dan SPPF

Bawa Kabur Mobil, Iki Diancam Penjara 7 Kalender

Social Media

  • 24.7k Fans
  • 12.1k Subscribers
  • 1.6k Subscribers

POPULAR POST

  • Putus Kontrak Proyek Pasar Sentral, PT FUI dan PT SME Tuntut Balai PPW Provinsi Gorontalo

    Putus Kontrak Proyek Pasar Sentral, PT FUI Gugat Balai PPW Provinsi Gorontalo 110 Milyar

    204 shares
    Share 82 Tweet 51
  • Seludupkan Sabu, Dua Warga Gorontalo Diamankan Aparat

    76 shares
    Share 30 Tweet 19
  • Komisi I DPRD Provinsi Gorontalo Minta Gubernur Menonaktifkan Kadis Kominfo

    180 shares
    Share 72 Tweet 45
  • Telak, Dosen Hukum Agraria ini Bilang Begini Saat Hadir Virtual di Sidang kasus GORR

    61 shares
    Share 24 Tweet 15
  • Lagi Viral Nonton Video dan Iklan Bisa Dapat Duit, Apa Semudah Itu?

    1122 shares
    Share 449 Tweet 281
  • Gelar Penggeledahan di Lapas Khusus Anak, Bagus: Tidak Ada Barang Terlarang

    50 shares
    Share 20 Tweet 13
  • Hilangnya Benteng Terakhir di Pohuwato dan Ancaman Bencana

    124 shares
    Share 50 Tweet 31
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Kontak
  • Pedoman Media Siber
  • Index

© 2020 Mimoza TV - PT. Mimoza Multimedia Agus Salim St. 67 Gorontalo

  • Login
  • Sign Up
  • Index Berita
  • Kabar Daerah
    • Provinsi Gorontalo
    • Kota Gorontalo
    • Kabupaten Gorontalo
    • Bone Bolango
    • Boalemo
    • Pohuwato
    • Gorontalo Utara
  • Nasional
    • Peristiwa
  • Internasional
  • Ekonomi
  • Politik
    • Fokus Pilkada
    • Partai
  • Hukum & Kriminal
  • Opini
  • Sosial Budaya
    • Gaya Hidup
    • Hiburan
    • Kabar Kampus
    • Kesehatan
    • Kuliner
    • Lingkungan
    • Musik
    • Olahraga
    • Pariwisata
    • Pendidikan
    • Sekitar Kita
    • Unik
No Result
View All Result

© 2020 Mimoza TV - PT. Mimoza Multimedia Agus Salim St. 67 Gorontalo

Welcome Back!

Sign In with Facebook
Sign In with Google
OR

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Sign Up with Facebook
Sign Up with Google
OR

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In