Gorontalo, mimoza.tv – Sebagian besar masyarakat Nainggolan, yang mayoritas adalah petani dan nelayan, ternyata tidak begitu mengetahui lebih jauh soal HIV/AIDS, terutama tentang penularan virus tersebut. Demikian pemantauan VOA di lapangan selama beberapa hari di desa yang terletak di Pulau Samosir, pulau yang terletak di tengah indahnya Danau Toba, di Sumatera Utara.
Berbincang dengan sejumlah warga desa menunjukkan pengetahuan mereka tentang HIV/AIDS masih sangat terbatas. Boru Gultom misalnya mengatakan betapa takutnya ia mendengar kehadiran tiga anak pengidap HIV di desanya. “HIV itu penyakit berbahaya. Tidak ada obatnya. Menularnya lewat darah cuma, segitu pengetahuan soal HIV tidak lebih dalam,” ujarnya kepada VOA, Jumat (26/10).
Boru Gultom mengatakan wajar apabila ada penolakan masyarakat terhadap tiga anak pengidap HIV yang mendapatkan pendidikan di tempat umum karena kampanye tentang penyakit HIV/AIDS di kecamatannya memang sangat minim.
“Belum ada sosialisasi HIV. Pengetahuan kami masih rendah. Kalau soal anak-anak adalah masa depan kita. Kalau gara-gara digabungkan jadi kena. Lagian tidak ada obatnya, dan bukan penduduk sini juga. Wajar penduduk sini komplain. Tidak masalah kalo di HKBP. Tapi jangan digabungkan di tempat umum. Saya tidak tahu anaknya yang mana. Bukan ada unsur mengucilkan tapi karena rasa takut aja,” ungkapnya.
Camat Nainggolan Akui Kampanye HIV/AIDS Belum Menyeluruh
Camat Nainggolan, Barisan Parluhutan Simanulang, membenarkan jika kampanye soal penyakit HIV/AIDS belum dilakukan secara menyeluruh di Kecamatan Nainggolan. Menurutnya sosialisasi soal HIV/AIDS baru dilakukan setelah muncul polemik yang menolak anak-anaknya digabungkan dengan tiga anak pengidap HIV di sekolah umum.
“Kalau secara umum memang belum ada. Tapi kelompok-kelompok sudah ada. Itu di SD Negeri 2 Nainggolan sudah ada, oleh Dinas Sosial, setelah muncul ini (polemik penolakan masyarakat),” ucapnya.
Diakuinya masyarakat di Kecamatan Nainggolan terutama belum sepenuhnya mengerti soal cara penularannya HIV/AIDS, dan karenanya ia berkomitmen akan lebih aktif mensosialisasikan tentang HIV/AIDS di wilayahnya. “Kita akan sampaikan ke Dinas Sosial, nanti kita undang mereka untuk sosialisasi lebih jauh lagi. Untuk sekarang masyarakat sudah mulai paham. Tapi kita belum ambil data berapa persen yang sudah paham,” ujar Barisan.
Meskipun demikian ia menggarisbawahi bahwa kampanye baru bisa dilakukan setelah berkoordinasi dengan Dinas Sosial di kabupaten/propinsi. “Kita coba nanti secara umum, masyarakat yang bisa kita undang nanti Kecamatan Nainggolan tapi secara fokus ada di Desa Nainggolan. Kita koordinasi dulu dengan Dinas Sosialnya,” tandasnya. (aa/em)
Berita ini sudah tayang di https://www.voaindonesia.com/